Monthly Archives: December 2016

Surat Cinta untuk Ibu

surat-cinta

Assalamua’alaikum Warahmatulallah Wabarakatuh.

Semoga ibu dalam keadaan sehat selalu. Melalui surat ini saya menitipkan rindu yang sangat pada ibu. Sudah hampir enam bulan saya berada di ibukota terpisah jarak dengan ibu. Hal itu membuat rasa rinduku semakin memuncak. Ibu adalah wanita pertama yang aku cintai. Wanita yang memiliki bola mata yang selalu meneduhkan hatiku.

Ibuku tercinta,

Kadang suatu waktu hatiku bertanya, mengapa ibu merelakan aku masuk pesantren sejak sekolah menengah atas? Lalu kini ibu memintaku untuk melanjutkan kuliah di ibukota. Apakah ibu tidak sedih melihat aku berada jauh? Apakah ibu tidak merasa kehilangan?

Namun pertanyaan itu sudah saya  temukan jawabannya sekarang. Ibu selalu menaruh rasa percaya pada anaknya. Itu adalah suatu kebanggaan bagiku. Saat aku berpamitan menuju ibukota untuk memuliai kuliah, ibu berpesan, Nak, kamu mesti belajar dengan penuh tanggun jawab. Kamu isi harimu dengan membaca buku-buku di perpustakaan. Kamu mesti menghormati dosen-dosenmu. Karena mereka telah menyalakan jiwamu dengan ilmu dan budi pekerti yang baik. Kamu juga harus menjaga hubungan baik kepada teman-temanmu. Teman-temanmu adalah penyemangat dirimu untuk berkompetisi. Kamu bisa berbagi cerita dan pengalaman dengan mereka. Hargai mereka, berbuat baiklah dengan mereka, dan bertutur yang baik kepada mereka. Bila kamu ingin menjadi pembicara yang baik, maka jadilah pendengar yang baik. Bila kamu ingin menjadi penulis, maka tiga kuncinya, menulis, menulis, dan menulis.

Aku menuruti seluruh pesan ibu itu.  Awalnya aku tidak mengerti apa-apa dari pesan ibu tersebut. Aku hanya menjadikan pesan ibu itu sebagai perintah yang mesti aku turuti. Belakangan aku mengerti, cara saya menghargai dosen-dosen, teman-teman dan berbuat baik dengan mereka membuat mereka mengakui keberadaan aku dan mereka membalasnya dengan berbuat baik kepadaku.  Ada atau tidaknya pangkat jabatan yang kamu miliki, orang-orang di sekitar kamu akan menaruh rasa hormat pada dirimu karena kebaikan hati yang telah kamu sebar itu menginspirasi mereka untuk ikut berbuat baik.  Apa yang kamu tanam itulah yang kamu petik. Ungkapan itu benar sekali adanya dan saya merasakannya sekarang.

Ibuku tercinta,

Aku tahu ibu sedih setiap melepas kepergianku untuk belajar di tempat yang jauh. Ibu selalu terlihat tegar di hadapanku. Ibu selalu mengatakan, ibu baik-baik saja. Tapi Bu, di balik ketegaran hatimu, membuat aku banyak belajar mengenai kehidupan ini. Membuatku mengerti akan rasa rindu terhadap orang-orang yang aku cintai dan juga mencintai aku. Membuat cintaku kepadamu selalu bertambah dari hari ke hari.  Membuatku lebih empati kepada mereka yang sama dalam posisiku, sama-sama hidup berjauhan dengan orang tua. Membuatku belajar hidup prihatin, hidup hemat dan terus bersyukur. Membuatku tidak perlu berlama-lama melihat orang yang memiliki kemegahan harta. Karena ku tahu hal itu akan membuat rasa syukurku semakin terkikis.

Aku selalu mempercayai apa yang ibu katakan. Aku yang selalu melaksanakan setiap amanah yang ibu berikan. Aku yang selalu mendengar nasihat ibu. Ibu,  setiap ibu menatap aku, aku selalu menemukan mata air cinta yang tidak ada habisnya. Tatapan mata ibu selalu memancarkan ketenangan dan harapan yang tulus kepadaku. Ibu adalah orang yang memiliki tutur kata yang lembut. Ibu, Aku belajar etika bertutur kata darimu. Ibu selalu memberi tanggapan saat aku telah selesai berbicara  bukan untuk merasa paling benar, tapi ibu ingin anaknya belajar menjadi pendengar yang baik dan menghargai orang yang sedang berbicara. Aku selalu menuruti nasihatmu karena aku percaya nasihat itu baik untuk hidupku saat ini dan untuk hidupku di masa yang akan datang.

Ibuku tercinta,

Setiap kali kiriman paket dari ibu tiba di kosanku berupa lauk kering seperti -kentang balado yang di iris kecil-kecil dan tempe orek– di atasnya ada satu lembar surat yang ibu tulis untukku, seketika mataku menghangat dan rindu ingin bertemu ibu semakin bertambah, tidak lama dari itu butiran bening dari mataku mengalir. Kalau sudah begini, aku jadi ingin segera pulang. Aku ingin berada di dekatnya meluapkan kerinduan melalui ruang pertemuan.  Aku biarkan diriku menangis, seperlunya. Selebihnya aku menjalani hari dengan lebih fokus dengan hati yang lapang.

Ibuku tercinta,

Suatu waktu aku merenung apa yang pernah ibu katakan, kadang pada saat tertentu kebahagian itu tidak terukur dari banyaknya harta dan tingginya jabatan. Karena ada yang lebih berharga dari itu yaitu cinta orang-orang yang mencintaimu. Cinta itu akan selalu menguatkanmu. Cinta itu akan membuat jiwamu kokoh. Cinta itu membuat hidupmu semakin utuh. Aku merasakannya sekarang. Semakin bertambahnya usia, maka semakin bertambah pelajaran hidup. Dan salah satu pelajaran itu adalah aku mengerti cinta ibu juga telah menyalakan cintaku kepadamu.

Ya Allah, ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku. Dan sayangilah mereka sebagaimana mereka telah menyayangiku sewaktu aku masih kecil.

 

Jakarta, 30 Desember 2016

 

Renungan di Penghujung Tahun

Waktu berputar dengan pasti. Kini sudah di penghujung tahun 2016. Tahun 2017 sudah di depan mata. Sebuah ide mengenai evaluasi pencapaian tahun ini hadir di kepala saya. Tidak bijak rasanya bila tahun ini di akhiri tanpa mengevaluasi diri dari apa yang sudah di lalui. Hal ini penting agar diri kita tahu seberapa besar perkembangan yang ada dalam diri kita selama dua belas bulan yang akan sebentar lagi berlalu. Karena sejatinya waktu bergerak dengan pasti, maka sebagai manusia yang di beri pemikiran oleh Allah swt. semestinya bisa memanfaatkan kesempatan hidup untuk menjalani hidup dengan maksimal dan menanam benih-benih kebaikan dan menebar kebaikan tersebut. Semakin banyak kebaikan yang kita sebarkan maka semakin besar adanya kebermanfaatan diri kita untuk orang-orang yang ada di sekitar kita. Rasulullah saw. bersabda : “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Thabrani)

Untuk target-target hidup yang telah saya capai, maka saya tersenyum lembut membiarkan rasa syukur hinggap di dinding hati saya. Membuat rasa syukur saya bertambah. Dengan rahmat-Mu, saya masih berdiri kokoh hingga hari ini dan saya masih dapat memenuhi amanah kehidupan ini. Satu hari yang sangat berharga dimana saya bisa mengucap syukur sepenuh hati karena diberi kesempatan hidup untuk memaknai kehidupan ini dengan melakukan kebaikan demi kebaikan.  Satu langkah menuju langkah selanjutnya  selalu terajut doa agar langkah yang sedang saya tapaki menjadi penghubung akan kebaikan di masa depan saya.

Untuk target-target yang belum tercapai, maka saya jadikan sebagai bahan evaluasi diri agar esok hari saya lebih pandai mengatur waktu dan melebihkan usaha. Rasa sedih dan sesal karena kelalaian saya di hari-hari yang sudah terlewat biarlah ada di dalam jiwa cukup sekadar ada dan tidak untuk di ratapi. Karena rasa itu manusiawi wajar adanya. Menjadi tidak wajar jika kita terus berlarut-larut dalam kubangan rasa sedih yang tidak berkesudahan. Siapa pun orang yang gagal meraih keinginan yang menjadi harapan, tentu merasakan kesedihan dan penyesalan. Namun bukan sikap yang baik bila dua perasaan itu membuat mental diri menurun, semangat dalam diri semakin meredup, dan  tenggelam dalam arus keterpurukan. Biarkan dua rasa itu meresap ke dalam rongga jiwa dan menyentuh ruang hati hingga akhirnya rasa pahit dari sebuah penyesalan itu menjadi penyubur semangat dan memupuk optimis dalam diri kita untuk menjemput target-target selanjutnya.

chisvvaugam94oi

Dalam hidup kita ingin menjadi orang yang baik. Pada saatnya kita akan meninggal dan kita berharap nama yang kita tinggalkan juga nama yang baik. Untuk meraih itu, kita butuh menanamnya sejak kita hidup sekarang ini. Kebaikan pada diri kita terpancar melalui perilaku dan tutur kata kita. Cara kita bersikap dan berbicara itu cermin siapa diri kita sesungguhnya. -Cara kita menghayati kehidupan, cara kita menunaikan hak-hak orang lain, cara kita menjaga hati orang lain dari ucapan lisan yang menyakiti, cara kita menahan diri dari amarah, cara kita amanah dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan, dan sebagainya- hal itu terlihat dari sikap yang kita pilih dan sikap yang kita ambil.

Beberapa hari yang lalu, saya sedang dalam perjalanan menuju kampus dengan menaiki mobil angkot, lalu seorang pengamen menghibur penumpang dengan menyanyikan lagu diiringi petikan gitar. Pada saat lagu selesai dinyanyikan, saya melihat seorang anak perempuan yang duduk di samping ibunya yang sedang menggendong bayi mengeluarkan uang dan memberikan uang tersebut kepada si pengamen tadi. Sang ibu menatap wajah anaknya sambil tersenyum, bangga. Sang anak pun tersenyum hangat menatap ibunya.

Di hari yang sama, saat saya pulang sekolah, saya bertemu dengan seorang anak laki-laki -dari postur tubuhnya saya mengira ia berusia delapan atau sembilan tahun,- sedang berjualan snack ringan di gang kecil menuju pintu keluar masuk kampus. Ia duduk tanpa alas. Di hadapannya terdapat satu kardus yang berisi makanan snack. Kepada setiap mahasiswa  yang lewat di depannya, ia menawari snack itu. Ada yang membeli dan ada yan lewat saja. Saya melihat dia melayani pembelinya dengan kepolosan seorang anak. Saat ada pembeli, wajahnya terlihat senang. Dan kata terima kasih kepada setiap pembelinya selalu terucap dari lisannya.

Satu pelajaran dari dua kisah tersebut adalah menanam kebaikan itu mesti berproses sedikit demi sedikit. Dan mereka melakukan kebaikan itu memiliki motivasi dan reason (alasan) yang kuat. Kisah pertama, anak kecil perempuan memberi uang kepada si pengamen dengan niat membantu. Kisah kedua, anak laki-laki berjualan snack dengan niat untuk menambah uang untuk biaya sekolah yang demikian itu meringankan beban orang tuanya. Dua perilaku itu termasuk bagian kebaikan.

Mereka berdua membuktikan untuk melakukan kebaikan butuh pengorbanan. Nilai-nilai dari menolong orang lain, kerja keras, sungguh-sungguh, tidak meminta-minta menjadikan mereka selalu di hargai oleh orang-orang sekelilingnya. Mereka memposisikan hidup untuk memberi bukan menerima dan meminta-minta.

Dapatkan motivasi untuk melakukan kebaikan dan menebar kebaikan. Karena hanya dengan itu, diri kita bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama. Semakin kokoh motivasi dalam diri kita untuk berbuat kebaikan, maka semakin kuat jiwa kita untuk melakukan kebaikan.

Bahkan melalui tulisan kita bisa menebar kebaikan. Melalui update status Facebook, BBM, Twitter, kita bisa menebar kebaikan. Maka yakinkan apa yang kita tulis, tulislah yang bermanfaat.  Di tambah lagi saat ini adalah zaman yang serba digital. Ahmad Fuadi, penulis novel Negeri 5 Menara, berkata : “Menulis membuat usiamu awet muda. Pada saat ajalmu telah sampai, yang meninggal hanya jasadmu. Tulisan-tulisanmu akan selalu ada dan akan terus di baca. Maka pastikan apa yang kamu tulis, tulislah yang bermanfaat. Karena tulisan-tulisanmu yang bermanfaat akan terus memberikan kamu kebaikan sampai jauh, jauh kemudian hari. ”

 

Jakara, 27 Desember 2016

 

 

Menghayati Hidup dengan Memberi

Be leader to your self. Jadilah pemimpin untuk dirimu sendiri. Suksesmu adalah hasil kerja kerasmu mewujudkan mimpi menjadi kenyataan. langkahmu hari ini terhubung dengan masa depanmu. kedewasaanmu akan tumbuh dari caramu menyikapi dan menghayati kehidupan dengan jiwa yang mau memberi dan menerima.

Memaknai kesuksesan tidak pernah utuh jika hanya di lihat dari satu sisi materi dan harta yang berlimpah. Kesuksesanmu tidak pernah di nilai melalui persepsi orang lain. Kesuksesanmu adalah kontrak antara jiwamu dengan cita-cita yang ingin di raihmu. Kamu memiliki pemahaman bahwa kesuksesan adalah caramu berbuat sesuatu, caramu berkarya,dan caramu menyikapi hasil usahamu. Kebahagiaan akan terpancar dari hati yang bersyukur.

Saya memaknai kesuksesan jangka pendek apabila aktivitas saya hari ini lebih baik dari aktivitas saya yang kemarin. Saat dimana saya memenangi rasa malas, saat saya melakukan hobi yang sukai dengan konsisten, dan saat saya dapat mengevaluasi rutinitas harian di malam hari sebelum mata terlelap. Dalam hari ke hari saya selalu berusaha memupuk harapan baru agar jiwa tetap teduh. Melalui penghayatan akan kehidupan, saya menyadari bahwa hidup mesti selalu memberi dan menerima agar keseimbangan hidup tetap terjaga.

Bahwa melalui memberi, manusia akan hidup dengan hati yang lapang dan meruntuhkan kerakusan jiwa. Bahwa dengan memberi, manusia akan merasakan empati dengan sesamanya dan proses itu mesti dilakukan dengan terus menerus. Memberi bukan soal ada harta atau tidak. Memberi adalah soal mau atau tidak mau. Memberi tidak selalu dengan harta. Banya cara untuk memberi seperti membantu orang tua, menolong teman yang sedang kesulitan, menjenguk teman yang sedang sakit, mendengarkan teman curhat dan memberinya motivasi agar tidak patah semangat,  menyingkirkan duri dari jalan, mendamaikan teman yang sedang bertengkar, dan memberi teladan kepada teman-teman di sekitar kita agar bertutur kata yang sopan dan berperilaku yang santun.

Rasakan setiap kita memberi dengan hati bahwa ada saat dimana banyaknya harta bukan tolak ukur kebahagiaan. Rasakan saat dimana orang yang kita tolong kembali mengukirkan senyum yang tulus kepada kita. Rasakan setiap ide kebaikan yang kita sebarkan diterima dan menginspirasi teman-teman dan orang-orang sekitar kita ikut tergerak berbuat kebaikan,  Rasakan dimana butir-butir kebaikan yang pernah kita tanam di masa lalu membuat diri kita memiliki nilai manfaat bagi orang-orang di sekitar kita. Mereka menghormati kita bukan karena keterpaksaan. Mereka menghormati kita karena ada kebaikan dalam diri kita dan mereka ingin meniru kebaikan yang ada itu.

ao

Selain memberi, kita juga belajar menerima. Kita semua memiliki masa lalu. Ada masa lalu yang membuat kita bahagia sehingga jika kita mengingatnya hari ini membuat hati sejuk penuh kedamaian. Namun ada juga masa lalu yang membuat kita sedih yang di saat mengingatnya membuat hati kian perih. Menerima dengan memaafkan kelalaian diri di masa lalu adalah hal yang tepat dan bijak. Rasa sakit di kecewakan oleh teman atau orang yang kita sayangi, rasa sedih ditinggalkan orang-orang yang dicintai, rasa rindu kepada orang tua dan sahabat karena ada distance (jarak) yang jauh dari tempat kita berada saat ini. Itulah sebagian dari warna-warni kehidupan.

Hadiah dari rasa sakit itu adalah pengalaman. Setelah melewati itu jiwamu semakin kuat, jiwamu semaking tangguh, dan tidak mudah patah semangat. Ia merupakan cermin diri yang mengingatkanmu agar langkah-langkahmu hari ini semakin kokoh untuk menuai kebaikan. Cara terbaik untuk menyikapi masa lalu adalah memeluknya erat dengan hati yang ikhlas karena masa lalumu adalah bagian dari hidupmu.

Saat jiwamu lelah, semangatmu memudar, dan harapan dalam jiwamu meredup, maka saat-saat itu kamu mesti mengingat kembali tujuan awal kamu bekerja, tujuan kamu belajar, dan tujuan kamu hidup. kamu masih ingat kan? Saat kamu masuk kuliah di hari pertama, teman-teman satu kelas menyambutmu dengan mata yang berbinar dan senyum yang mengembang dan mereka menerima kehadiranmu secara utuh. Ada suka ada duka, ada canda ada tawa yang semuanya itu dilalui dengan bersama. Jiwamu dengan jiwa mereka seakan terhubung yang membuatmu lebih akrab dengan mereka.  Rangkaian cerita mereka dan kamu saling menyempurnakan. Kamu ada untuk saling melengkapi. Bahagiamu adalah bahagia mereka. Sedihmu adalah sedih mereka. Mereka adalah sahabat terbaikmu yang bersedia menemani perjalanan ini. Waktu yang begitu lama membuat ikatan ini kian erat.  Ada di saat dimana kata-kata itu sulit sekali ditulis namun hati bisa merasai dan jiwa bisa meresapi melalui pertemuan-pertemuan yang terangkum rapi dalam memori.

 

 

Jakarta, 13 Desember 2016

Resensi: Satu Hari Bersamamu : Sebuah Perjalanan Yang Memberikan Kekuatan

Judul Terjemahan : Satu Hari Bersamamu

Judul     Asli              : For One More Day

Pengarang               : Mitch Albom

Alih bahasa              : Olivia Gerungan

Penerbit                   : PT Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit           : 2007

Halaman                   : 248 halaman

Sinopsis :

For One More Day adalah kisah tentang seorang ibu dan anak laki-lakinya, kasih sayang abadi seorang ibu, dan pertanyaan berikut ini: Apa yang akan kaulakukan seandainya kau diberi satu hari bersama orang yang kau sayangi, yang telah tiada?

Ketika masih kecil, Charley Benetto diminta untuk memilih oleh ayahnya, hendak menjadi “anak mama atau anak papa, tapi tidak bisa dua-duanya.” Maka dia memilih ayahnya, namun sang ayah pergi begitu saja ketika Charley menjelang remaja. Dan Charley dibesarkan oleh ibunya, seorang diri, meski sering kali dia merasa malu akan keadaan ibunya serta merindukan keluarga yang utuh.

Bertahun-tahun kemudian, ketika hidupnya hancur oleh minuman keras dan penyesalan, Charley berniat bunuh diri. Tapi dia gagal. Dia justru kembali ke rumahnya yang lama dan menemukan hal yang mengejutkan. Dari sana ia menemukan alasan untuk tetap melanjutkan hidupnya dengan semangat dan harapan yang baru. Bertemu dengan siapa Charley di rumah lamanya? Sebesar apa pergulatan di dalam hati Charley hingga ia akhirnya memutuskan untuk tetap menjalani hidup?

Sumber : dokumentasi pribadi

Sumber : dokumentasi pribadi

Resensi :

Kelebihan novel ini :

Pertama, tema yang sangat menarik. Novel ini membawa tema yang sangat dekat dengan kehidupan setiap orang yaitu tema keluarga. Tema tersebut merupakan tema yang sangat akrab dan memiliki kedekatan emosional karena tema mengenai keluarga di rasakan dan di alami setiap manusia. For one more day (satu hari bersamamu) adalah pilihan judul yang  membuat penasaran bagi orang yang pertama kali mendengar judul novel ini. Saya sendiri tahu judul novel ini dari seorang teman di komunitas menulis. Dari situ saya cari resensi atau review mengenai novel ini dan hasilnya novel ini tertarik dengan cerita mengenai kisah kehidupan sebuah keluarga. Setelah membaca novel ini, saya akan membaca  novel-novel karya Mitch Albom yang lain. Salah satu novel karya Mitch yang belum lama saya beli adalah Selasa Bersama Morrie.

Kedua, tokoh-tokoh yang dinamis dan efektif. Tokoh di dalam novel ini tidak begitu banyak. Tokoh utama dalam novel ini adalah Charley Chick Benetto sering di sebut Chick. Ia dibesarkan oleh ayah yang keturunan Itali dan Ibu keturunan Prancis. Sebagian besar ceritanya ini mengenai tokoh Chick dan ibunya, Pauline Benetto. Semua tokoh-tokoh yang dihadirkan dalam novel ini berhubungan mengikuti alur cerita. Kehadiran masing-masing tokoh memiliki korelasi dan dampak terhadap jalannya cerita.

Ketiga, konflik berlapis-lapis yang diramu dengan matang. Sejak lembaran awal pembaca sudah dihadirkan konflik tokoh utama yakni Chick yang ingin mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Semenjak istri dan anaknya meninggalkan dirinya, hidup Chick menjadi hilang arah dan perlahan-lahan semangat hidupnya terkikis oleh rasa bersalah dan penyesalan. Saat Chick mengalami kecelakaan dalam perjalanan untuk bunuh diri di jalan raya yang tidak jauh dari rumah orang tuanya, Chick memutuskan mengunjungi rumah orang tuanya itu. Lalu hal yang mengejutkan terjadi, ia bertemu dengan ibunya yang sudah meninggal delapan tahun silam. Selanjutnya secara narasi diceritakan ibunya memberikan penjelasan tentang pertanyaan alasan ayahnya yang pergi meninggalkan keluarga, lalu ibunya bekerja menjadi tulang punggung keluarga agar Chick dan adiknya yang Roberta tetap bisa melanjutkan sekolah dan mencapai cita-citanya kelak.  Pauline Benetto adalah sosok ibu yang ideal. Kasih sayang, kelembutan, paras yang cantik, dan tutur bahasa yang bijaksana- semuanya terpadu dalam pribadi Pauline.

Ternyata perceraian di masa itu bagi masyarakat di negara barat juga merupakan hal yang kurang baik. Perceraian itu secara tidak langsung berarti ada pihak salah dan harus dihakimi. Di sini Pauline menghadapi masa-masa sulit. Dia dijauhi dan ditinggalkan oleh tetangga-tetangga dekat rumahnya.

“Orang-orang tidak pernah sampai bercerai pada masa itu. Aku tidak kenal satu anak pun yang pernah mengalaminya. Perpisahan, setidaknya di lingkungan tempat kami tinggal, merupakan skandal, dan salah satu pihak akan dicap sebagai pihak yang bersalah. Cap ini diberikan pada ibuku, terutama karena dia masih tinggal di sana. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi antara Len (ayahnya Chick) dan Pauline, tapi Len pergi dan Pauline tertinggal untuk dihakimi.” (halaman 83)

Alur cerita ini menggunakan alur maju dan alur mundur. Diantara dua alur ini beberapa halaman  memuat dua bab yag berkisah tentang Saat-Saat ketika Ibu Membelaku dan Saat-Saat Ketika Aku Tidak Membela Ibu. Dua bab tersebut tidak diletakkan berurutan namun diletakkan secara acak sesuai konteks cerita. Dua bab ini adalah catatan harian (diary) yang ditulis oleh Chick semenjak masa kecilnya hingga kini.  Semenjak Chick bersekolah, ibunya sering memberikan surat kepada Chick dan kebiasaan itu berlanjut hingga masa dewasa Chick sebagai ungkapan sayang dan nasihat sang ibu. Surat yang ditulis dengan bahasa yang lembut oleh seorang ibu yang sangat mencintai anaknya. Pada bagian ini adalah bagian yang membuat saya hanyut terbawa keharuan dan tanpa terasa mata saya membasah karena perhatian dan kasih sayang sang ibu yang teramat besar pada anaknya.

“Aku tahu kau selalu menganggap catatan-catatan ini konyol. Selama bertahun-tahun aku melihat wajahmu cemberut setiap kali aku memberimu satu catatan. Tapi mengertilah bahwa terkadang aku ingin memberitahumu sesuatu dan aku ingin mengatakannya dengan benar. Menuangkannya diatas kertas amat membantuku. Aku berharap aku bisa menulis lebih baik lagi. Aku berharap aku pernah punya kesempatan kuliah. Kalau saja pernah, kurasa aku bisa belajar sastra dan kosakataku bisa lebih banyak dari sekarang… “(halaman 168 salah satu kutipan surat dari Ibu untuk Charley di hari pernikahan Charley)

Ketiga, amanat atau pesan moral dari novel ini benar-benar membuat pembaca bercermin sudahkah kita menjadi anak yang berbakti pada orang tua. Melalui novel ini, Mitch Albom mencoba memberi gambaran satu hari yang teramat berharga yang kita bisa melewati waktu itu dengan ibu. Sebesar apapun pengorbanan dan pemberian sang anak tak akan pernah mampu membayar dan menandingi pengorbanan dan kasih sayang sang ibu. Hingga kapan pun.

Hitunglah jam-jam yang seharusnya bisa kau habiskan bersama ibumu. Rentangannya sepanjang masa hidup itu sendiri. (Halaman 184)

Kekurangan novel ini :

Keterangan waktu berupa tahun peristiwa tidak di sebutkan secara konsisten sehingga membuat pembaca mereka-reka tahun berapa Chick mulai sekolah dasar, sekolah lanjutan, kuliah, dan tahun pernikahan Chick.

Kesimpulan :

Novel ini sangat rekomendasi untuk kalangan remaja, dewasa, dan orang tua. Kisah ini ditulis dengan bahasa yang ringan sehingga siapa pun bisa memahami isi cerita. Selain itu yang paling penting adalah amanat dan pesan dari novel ini menyerukan untuk kebaikan yakni berbakti kepada orang tua dengan hati yang tulus.

Kutipan-kutipan favorit dalam novel ini :

  1. Membaca itu seperti berbicara, jadi bayangkan aku sedang bicara denganmu di situ. (Halaman 81)
  2. Sekarang kau tahu ada orang yang sangat menginginkanmu, Charley. Anak-anak terkadang melupakan itu. Mereka melihat diri sendiri sebagai beban dan bukan jawaban doa. (Halaman 92)
  3. “Anak-anak yang merasa malu karena ibunya,” katanya, “hanya anak yang belum terlalu lama menjalani hidup.” (Halaman 111)
  4. Kembali menjalani yang pernah kau tinggalkan itu lebih sulit dari yang kaukira. (Halaman 163)
  5. Menyia-nyiakan waktu itu sungguh memalukan. Kita selalu berpikir kita punya terlalu banyak waktu. (Halaman 186)
  6. Kau punya satu keluarga, Charley. Baik ataupun buruk keadaannya. Kau punya satu keluarga. Kau tidak boleh menukarnya. Tidak boleh mendustainya. Tetap tinggal bersama keluargamu adalah hal yang menjadikannya keluarga. (Halaman 229)
  7. Aku tak memiliki seorang pun yang bisa membujukku keluar dari keputusasaan, dan itu sebuah kesalahan. Kau perlu memiliki orang di dekatmu. Kau perlu memberi mereka jalan ke hatimu. (Halaman 240)
  8. Aku juga percaya bahwa orang tua, kalau mereka menyayangimu, akan menggendongmu supaya aman, jauh di atas arus permasalahan mereka, dan terkadang itu berarti kau takkan tahu apa yang mereka alami, dan kau bisa saja memperlakukan mereka dengan buruk, dengan cara-cara yang tak mungkin kaulakukan seandainya kau tahu. (Halaman 240)
  9. Tapi dibalik ceritamu selalu terdapat cerita ibumu, karena ceritanya adalah awal dimulainya ceritamu. (Halaman 241)

 

Jakarta, 02 Desember 2016