Assalamua’alaikum Warahmatulallah Wabarakatuh.
Semoga ibu dalam keadaan sehat selalu. Melalui surat ini saya menitipkan rindu yang sangat pada ibu. Sudah hampir enam bulan saya berada di ibukota terpisah jarak dengan ibu. Hal itu membuat rasa rinduku semakin memuncak. Ibu adalah wanita pertama yang aku cintai. Wanita yang memiliki bola mata yang selalu meneduhkan hatiku.
Ibuku tercinta,
Kadang suatu waktu hatiku bertanya, mengapa ibu merelakan aku masuk pesantren sejak sekolah menengah atas? Lalu kini ibu memintaku untuk melanjutkan kuliah di ibukota. Apakah ibu tidak sedih melihat aku berada jauh? Apakah ibu tidak merasa kehilangan?
Namun pertanyaan itu sudah saya temukan jawabannya sekarang. Ibu selalu menaruh rasa percaya pada anaknya. Itu adalah suatu kebanggaan bagiku. Saat aku berpamitan menuju ibukota untuk memuliai kuliah, ibu berpesan, Nak, kamu mesti belajar dengan penuh tanggun jawab. Kamu isi harimu dengan membaca buku-buku di perpustakaan. Kamu mesti menghormati dosen-dosenmu. Karena mereka telah menyalakan jiwamu dengan ilmu dan budi pekerti yang baik. Kamu juga harus menjaga hubungan baik kepada teman-temanmu. Teman-temanmu adalah penyemangat dirimu untuk berkompetisi. Kamu bisa berbagi cerita dan pengalaman dengan mereka. Hargai mereka, berbuat baiklah dengan mereka, dan bertutur yang baik kepada mereka. Bila kamu ingin menjadi pembicara yang baik, maka jadilah pendengar yang baik. Bila kamu ingin menjadi penulis, maka tiga kuncinya, menulis, menulis, dan menulis.
Aku menuruti seluruh pesan ibu itu. Awalnya aku tidak mengerti apa-apa dari pesan ibu tersebut. Aku hanya menjadikan pesan ibu itu sebagai perintah yang mesti aku turuti. Belakangan aku mengerti, cara saya menghargai dosen-dosen, teman-teman dan berbuat baik dengan mereka membuat mereka mengakui keberadaan aku dan mereka membalasnya dengan berbuat baik kepadaku. Ada atau tidaknya pangkat jabatan yang kamu miliki, orang-orang di sekitar kamu akan menaruh rasa hormat pada dirimu karena kebaikan hati yang telah kamu sebar itu menginspirasi mereka untuk ikut berbuat baik. Apa yang kamu tanam itulah yang kamu petik. Ungkapan itu benar sekali adanya dan saya merasakannya sekarang.
Ibuku tercinta,
Aku tahu ibu sedih setiap melepas kepergianku untuk belajar di tempat yang jauh. Ibu selalu terlihat tegar di hadapanku. Ibu selalu mengatakan, ibu baik-baik saja. Tapi Bu, di balik ketegaran hatimu, membuat aku banyak belajar mengenai kehidupan ini. Membuatku mengerti akan rasa rindu terhadap orang-orang yang aku cintai dan juga mencintai aku. Membuat cintaku kepadamu selalu bertambah dari hari ke hari. Membuatku lebih empati kepada mereka yang sama dalam posisiku, sama-sama hidup berjauhan dengan orang tua. Membuatku belajar hidup prihatin, hidup hemat dan terus bersyukur. Membuatku tidak perlu berlama-lama melihat orang yang memiliki kemegahan harta. Karena ku tahu hal itu akan membuat rasa syukurku semakin terkikis.
Aku selalu mempercayai apa yang ibu katakan. Aku yang selalu melaksanakan setiap amanah yang ibu berikan. Aku yang selalu mendengar nasihat ibu. Ibu, setiap ibu menatap aku, aku selalu menemukan mata air cinta yang tidak ada habisnya. Tatapan mata ibu selalu memancarkan ketenangan dan harapan yang tulus kepadaku. Ibu adalah orang yang memiliki tutur kata yang lembut. Ibu, Aku belajar etika bertutur kata darimu. Ibu selalu memberi tanggapan saat aku telah selesai berbicara bukan untuk merasa paling benar, tapi ibu ingin anaknya belajar menjadi pendengar yang baik dan menghargai orang yang sedang berbicara. Aku selalu menuruti nasihatmu karena aku percaya nasihat itu baik untuk hidupku saat ini dan untuk hidupku di masa yang akan datang.
Ibuku tercinta,
Setiap kali kiriman paket dari ibu tiba di kosanku berupa lauk kering seperti -kentang balado yang di iris kecil-kecil dan tempe orek– di atasnya ada satu lembar surat yang ibu tulis untukku, seketika mataku menghangat dan rindu ingin bertemu ibu semakin bertambah, tidak lama dari itu butiran bening dari mataku mengalir. Kalau sudah begini, aku jadi ingin segera pulang. Aku ingin berada di dekatnya meluapkan kerinduan melalui ruang pertemuan. Aku biarkan diriku menangis, seperlunya. Selebihnya aku menjalani hari dengan lebih fokus dengan hati yang lapang.
Ibuku tercinta,
Suatu waktu aku merenung apa yang pernah ibu katakan, kadang pada saat tertentu kebahagian itu tidak terukur dari banyaknya harta dan tingginya jabatan. Karena ada yang lebih berharga dari itu yaitu cinta orang-orang yang mencintaimu. Cinta itu akan selalu menguatkanmu. Cinta itu akan membuat jiwamu kokoh. Cinta itu membuat hidupmu semakin utuh. Aku merasakannya sekarang. Semakin bertambahnya usia, maka semakin bertambah pelajaran hidup. Dan salah satu pelajaran itu adalah aku mengerti cinta ibu juga telah menyalakan cintaku kepadamu.
Ya Allah, ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku. Dan sayangilah mereka sebagaimana mereka telah menyayangiku sewaktu aku masih kecil.
Jakarta, 30 Desember 2016