Setiap orang punya tujuan hidupnya. Tujuan itu yang menjadi mesin yang menggerakkan langkah. Kecermatan dan ketelitian dalam merumuskan goal itu merupakan bukti orang tersebut punya visi yang jelas untuk masa depannya. Karena waktu selalu bergerak, maka proses pencapaian dari hari ke hari menjadi bahan evaluasi agar hari selanjutnya lebih baik dari sebelumnya. Waktu yang berlalu itu mestilah menjadi tolak ukur sudahkah usaha itu benar-benar sesuai dengan alur visi yang telah ditetapkan.
Tidak ada orang yang ingin kegagalan yang sama dua kali apalagi berkali-kali. Hanya orang-orang yang abai dan apatis akan masa depannya yang tidak pernah bangkit dari kegagalan. Orang-orang yang terlalu asyik terpesona oleh kehidupan yang fana ini hingga lupa bahwa ada kehidupan selanjutnya yang menanti. Menjadi teramat bodoh bila saja kegagalan itu tidak pernah dijadikan mutiara hikmah, peneguh jiwa, sarana muhasabah diri, dan kekuatan mental diri dalam mengarungi derasnya ombak kehidupan.
Saat datang kegagalan setiap orang punya respon dalam menyikapi. Ada yang menyalahkan keadaan , berlarut-larut dalam kesedihan, murung yang tak berkesudahan. Karena itu banyak orang yang sulit bangkit dari itu disebabkan diri mereka belum mengantisipasi datangnya kegagalan (dengan membuat plan lain), motivasi yang kuat untuk berubah dan konsisten berbuat kebaikan. Bahkan tidak sedikit dari mereka merasa nyaman dengan sikap pasrah dan patah semangat yang berulang kali sehingga keputus-asaan mendera diri mereka. Mereka apatis, inferior, dan tidak peduli masa depannya. Padahal di luar sana begitu, kalau saja mereka mau melihat dunia begitu luas, begitu banyak sumber inspirasi yang dapat membuat mereka tersenyum kembali, optimis kembali, semangat kembali, dan hidup menjadi bergairah kembali.
Kegagalan memang mengundang kekecewaan. Itu hal yang wajar selama kekecewaan itu sebatas tidak merusak diri dengan perilaku yang menyimpang. Salah satu cara menyikapi kegagalan adalah cobalah amati alam dan lakukakan perjalanan ke tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi. Lihat perilaku dan budaya masyarakat di sana. Hirup udara segar di pegunungan dan amati hamparan pohon-pohon hijau yang begitu luas. Lupakan masa pahit itu sejenak.
Pelajari betapa kebahagian itu dengan mudahnya orang lain itu rasakan dari hal-hal sederhana. Dari kehidupan anak-anak yang mengamen di jalanan demi menyambung hidup, kita bisa belajar arti kerja keras dari mereka. Di saat musim penghujan dengan mudahnya kita menyaksikan anak-anak kecil dengan kepolosan mereka menawarkan, “Kak mau dipayungi sampai sana?”. Lalu mereka melayani kita dengan berjalan tanpa alas kaki di tengah hujan yang kian menderas. Tak peduli mereka terkena air hujan, basah-basahan dengan pakaian yang sudah berubah warnanya. Yang penting mereka bisa bekerja dan mendapatkan hasil yang setimpal. Saat kita memberi uang atas jasa payungnya, anak kecil itu tersenyum lebar dengan mata yang berbinar-binar dan mengucapkan terima kasih. Raut wajah anak kecil itu menampakkan kebahagian di hatinya. Anak seusia mereka sudah mengerti cara menghargai orang lain dengan kata terima kasih. Kita bisa belajar dari orang lain tanpa mempersoalkan usia. Mereka mengajari kita bahwa bahagia itu sederhana, di saat kita berusaha sekuat tenaga, apapun hasil yang di dapat mesti di syukuri.
Belajarlah dari lingkungan sekitar. Keluarlah dari zona nyaman yang selama ini menjanjikan ketenangan sekaligus membuat lumpuh sikap kreatif. Inspirasi itu bisa datang dari orang lain yang kita temui di tempat dan suasana yang berbeda. Lupakan kesedihan dengan membuka mata lebih lebar melihat dunia yang selalu menampakkan keseimbangan. Ada siang dan ada malam. Ada saat kita bekerja dan belajar dan ada waktu kita beristirahat. Ada musim hujan dan ada musim kemarau. Ada dataran tinggi dan ada dataran rendah. Yang keduany memiliki budaya masyarakat yang berbeda. Inspirasi yang hadir itu membuat hidup ini lebih berwarna. Semakin beraneka ragam warna itu memperkaya pengalaman dan membuat kita bijak menyikapi kehidupan.
Dari tempat yang baru itu membuat kita jeli melihat fenomena yang terjadi. Rasa jenuh, rasa penat, dan rasa sedih dengan sendirinya terkikis. Walaupun bersifat sementara, tetapi ada poin-poin pembelajaran yan di dapat dari pengamatan lingkungan sekitar. Wawasan bertambah dan relasi teman bertambah. Dari sana kita belajar menumbuhkan rasa empati dan kepedulian. Kepekaan sosial yang tinggi itu bisa di dapat dari seringnya kita berinteraksi dengan banyak orang dengan orang yang memiliki latar belakang yang berbeda.
Hidup itu menjelaskan kehidupan itu sendiri. Berbagai pengalaman yang dilalui, ada satu dua yang berkesan dan sulit dilupakan. Seperti bertemu dengan seseorang yang sebaya dengan kita, tetapi dia memiliki kemampuan public speaking yang lebih baik dari kita. kita bisa belajar dengan dia yang baru kita kenal. Atau tanpa sengaja kita menghadiri sebuah seminar dimana pembicaranya memberikan pengalaman yang mereka tempuh yang pada akhirnya dia dinyatakan lulus seleksi dan ditetapkan sebagai penerima beasiswa perguruan tinggi di luar negeri. Bisa jadi inspirasi itu kita peroleh dari pengalaman orang lain. Dari pengalaman orang lain itu menumbuhkan semangat kita supaya mengikuti usaha dan kerja keras mereka dalam meraih beasiswa itu.
Kita hidup sebagai makhluk sosial yang tidak luput dari opini dan tanggapan orang lain kepada kita. tidak semua opini dan tanggapan itu kita dengar. Karena kita harus menyaring mana tanggapan yang membuat kita lebih maju dan mana tanggapan yang membuat kita patah semangat. Karena sebetulnya opini dan tanggapan orang lain itu banyak yang subjektif. Yang perlu kita lakukan adalah kita bercermin kepada diri sendiri atas pencapaian yang diperoleh dan memilih menerima kritik orang lain yang sifatnya konstruktif menjadi dasar perubahan sikap dan langkah selanjutnya yang ditempuh.
Cintai proses menjalankan amanah kehidupan sambil pegang erat prinsip-prinsip kebaikan. Karena dengan itu kita bisa memaafkan diri sendiri atas kegagalan di masa lalu, mensyukuri anugerah kehidupan ini, berterima kasih kepada orang-orang yang berjasa membesarkan dan mendidik kita dan tidak pernah melupakan jasa mereka. Apalah arti kesuksesan yang kita dapat hari ini, kalau saja kita tidak mau menghargai dan menyayangi orang-orang yang berjasa besar bagi kesuksesan yang kini dirasai.
Jalan orang-orang yang berbuat baik terbentang luas. Pintu untuk melangkah menuai pundi-pundi kebaikan selalu terbuka lebar.
Jakarta, 23 Mei 2106