Fase : Sebelum di Rumah Gemilang Indonesia
Saya mendengar kabar bahwa Rumah Gemilang Indonesia sedang membuka pendaftaran angkatan 5 itu pada saat saya sedang mengikuti program masa bakti di yayasan Marhamah Robbani, sebuah yayasan sosial di Bekasi. Program masa bakti adalah program yang wajib diikuti setiap santri yang sudah menyelesaikan pendidikan SMA sederajat. Progam ini diisi dengan program pengembangan dan pengayaan diri. bagi yang memiliki kesukaan pada pendidikan, maka yayasan memberi kesempatan untuk mengajar siswa-siswi paket A Sekola Dasar yang dikelola oleh Yayasan. Ada juga program kursus mengemudi untuk menambah keterampilan santri. Dan ada beberapa program seminar kewirausahaan yang diselenggarakan oleh Yayasan untuk membekali santri agar siap di dunia kerja.
Saya anak ke-3 dari enam bersaudara. Saya masuk panti asuhan pada usia 10 tahun (kelas empat sekolah dasar). Orang tua saya memasukkan saya ke panti asuhan dikarenakan saat itu ekonomi keluarga belum mampu membiayai sekolah saya. Bermula dari keterpaksaan, akhirnya seiring berjalannya waktu saya menerima dan mengerti mungkin keputusan orang tua memasukkan saya ke panti asuhan adalah keputusan terbaik. Bukan hal mudah awalnya berpindah dari hidup bersama orang tua lalu beralih hidup di panti di mana di sini semua terjadwal mulai dari bangun pagi hingga jadwal tidur. Tapi mungkin di sini hikmahnya saya bisa bertemu dengan teman-teman baru yang memiliki tekad dan kemauan tinggi untuk belajar sungguh-sungguh.
Di panti ini, kami di sekolahkan di luar dengan sumber dana dari donatur masyarakat sekitar. Di sana ada dua program, program yayasan seperti shalat lima waktu, jadwal kajian (fiqih, sirah, bahasa arab, tauhid, tajwid) setiap bada shubuh, bada ashar dan bada maghrib. Dan program sekolah, kami mengikuti jadwal sekolah dan bada isya jadwal belajar pelajaran sekolah (mengerjakan PR dan lain-lain).
Memasuki tahun kedua di bangku Madrasah Tsanawiyah, saya mendapat amanah terpilih menjadi ketua organisasi siswa intra sekolah (OSIS). Ini kali pertama saya mengenal dunia organisasi di mana setiap unit divisi memiliki program kerja dan pimpinan organisasi diharapkan menjadi nakhoda yang membawa roda organisasi terus melaju ke depan. Buat saya di organisasi ini, leadership saya terlatih, mulai dari sering dimintai memberi sambutan panitia, menjadi pemimpin upacara, memimpin rapat dan mengelola suatu kegiatan dengan time table yang sudah di susun bersama tim. Kabar baiknya di sini sejujurnya saya belajar memberi teladan karena saat itu orang yang menduduki pimpinan di organisasi siswa intra sekolah dipandang oleh lingkungan dalam sekolah sebuah jabatan yang prestisius. Dan perlahan melalui organisasi ini saya membangun kepercayaan diri saya saat di mana ada jadwal ada pertemuan dengan kepala sekolah dan dewan guru untuk diskusi berkaitan agenda kegiatan OSIS di sekolah. Alhamdulillah amanah ini membukan pintu silaturahmi dengan pihak-pihak di lingkungan sekolah. Ada kepuasan tersendiri di saat satu agenda sukses terlaksana dan manfaatnya bisa dirasakan oleh orang banyak. Dan kebanggaan bersama anggota tim saat tiba di hari laporan pertanggungjawaban (LPJ) osis disampaikan dihadapan peserta dan tamu undangan dalam kegiatan Musyawarah Perwakilan Kelas (MPK). Artinya satu amanah berhasil tergenapi dengan baik dan menanti amanah baru yang lain.
Ada satu momen saat apel pagi (sebuah rutinitas sebelum berangkat sekolah), Kak Faqih, seorang pembimbing memberi nasihat saat kami bersalaman dengannya satu per satu, Ia bilang, “belajar yang tekun ya kalian, jangan sia-siakan uang umat yang sudah mereka sisihkan untuk membiayai kalian sekolah.” Hati ini terenyuh mendengarnya. Lalu saya merenung dalam memikirkan kembali kata-kata Kak Faqih. Sampai akhirnya saya mengerti, di luar sana mungkin masih banyak anak-anak yang ingin sekolah seperti saya. Tetapi mereka belum memiliki kesempatan itu. Tapi di sini, di panti ini saya mendapat kesempatan melanjutkan sekolah, sebuah privilege yang belum dinikmati semua orang. Saya bersyukur mendapatkan kesempatan ini. dan sejak saat itu saya berjanji untuk belajar dengan penuh rasa tanggung jawab.
Qadarallah prestasiku membaik sejak kelas sembilan madrasah tsanawiyah. Dan semakin bertambah baik sejak duduk di bangku kelas sepuluh hingga kelas dua belas madrasah aliyah saya selalu menduduki tiga besar di kelas. Ikhtiar belajar yang membuahkan hasil manis. Saya semakin percaya mantra Man Jadda wa Jadda.
Fase : Saat Diklat di Rumah Gemilang Indonesia
Kabar seleksi diklat Rumah Gemilang Indonesia itu saya dengar dari guru matematika di panti. Saat itu sudah memasuki bulan penghujung masa bakti. Akhirnya saya dan dua teman saya memutuskan untuk mengikuti rangkaian seleksi RGI di Sawangan Depok. Motivasi saya saat itu ingin menambah skill dan nanti mendapat nilai tambah saat mengajukan lamaran kerja. Alhamdulillah kami bertiga lulus dan diterima sebagai peserta diklat rgi angkatan 5. Saya diterima di kelas Teknik Komputer dan Jaringan dan dua teman saya, masing-masing kelas Disain Grafis dan Menjahit dan Tata Busana.
Di sana saya memulai membangun rutinitas baru masuk kelas jam 8 pagi dan selesai jam 4 sore. Setiap hari senin-jumat. Dan mengikuti mabit satu bulan sekali. mabit menjadi gerbang silaturahmi seluruh peserta dan mempererat tali persaudaraan. Dan buat saya mabit menjadi refleksi sekaligus renungan evaluasi pencapaian belajar, monitor perkembangan diri dan menjadi pengisi bahan bakar (recharge) saat energi belajar mulai surut. Salah satu mabit yang paling berkesan bagi saya adalah mabit pertama di mana narasumber adalah Bapak Sigit Iko Sugondo, Direktur Rumah Gemilang Indonesia kala itu. Saya masih ingat sekali tema materi yang disampaikan beliau tentang Membuat Proposal Hidup. salah satu kutipan dari beliau, kita perlu membuat proposal hidup jangka pendek dan jangka panjang agar setiap kita tahu apa yang ingin dicapai dalam hidup ini. Melalui proposal itu menjadi arah sekaligus pengingat bahwa pastikan setiap energi yang dikeluarkan mampu mendekatkan dirimu pada tujuan hidupmu. Dan luangkan waktu sejenak selepas shalat lima waktu untuk mendoakan setiap uraian proposal agar dimudahkan segala bentuk ikhtiarnya.
Selain mengikuti kelas, saya mendapat amanah oleh Manager RGI, Bapak Agus Nafi’ untuk mengelola asrama supaya tertib dan kebutuhan sehari-hari tercukupi. Kami yang tinggal di asrama mendapat akomodasi belanja harian. Hal pertama saya lakukan setelah mendapat amanah itu adalah mengadakan rapat kecil dengan teman-teman satu asrama dan membuat peraturan yang disepakati bersama hal-hal tidak boleh dilakukan selama di lingkungan asrama seperti batas jam yang diijinkan masuk asrama, prosedur ijin pulang saat libur akhir pekan, pembagian tugas piket masak (peralatan masak, piring dan beras sudah disediakan oleh RGI), larangan merokok di lingkungan asrama. Tujuan peraturan ini untuk mendukung proses belajar yang nyaman dan lingkungan suportif mendukung kerja sama sesama anggota asrama.
Memasuki bulan keempat, saya dan dua teman di kelas TKJ mendapat rekomendasi untuk magang (intership) selama dua-tiga pekan di PT Anabatic Technologies di Jakarta sebagai tim Technical Support IT Department. Selama proses intership, kami di dampingi oleh dua orang mentor yaitu Bapak Gordon dan Bapak Sri. Kami dibimbing hal-hal teknis seperti menangani troubleshoot wireless, instalasi windows di laptop, gangguan server email dan diberi kesempatan untuk visit ke ruang server.
Kesempatan intership ini menjadi pengalaman berharga untuk saya mengenal dan memahami dunia kerja sebenarnya. dan secara tidak langsung membentuk pola kebiasaan kerja, mulai dari waktu bangun tidur, berangkat ke kantor, meluangkan waktu untuk sarapan secukupnya dan menentukan waktu istirahat di malam harinya. Pola seperti ini mempertegas dari rutinitas di mana sebelumnya masuk kelas di pagi hari dan pulang di sore harinya, namun dalam internship ini ditambah alokasi waktu perjalanan berangkat dan pulang dari kantor sehingga secara langsung energi yang dikeluarkan semakin banyak. Dan yang mengejutkan selama magang saya jadi tahu kondisi ibukota di mana pada jam sibuk selalu identik dengan istilah traffic jam. Tiga hari pertama magang, lelah luar biasa bercampur pusing karena di luar perkiraan. Berangkat magang hari masih pagi dan matahari belum sepenuhnya terlihat dan kembali tiba di asrama hari sudah gelap.
Pelajaran berharga yang saya dapatkan di Rumah Gemilang Indonesia adalah manajemen dan tim instruktur memberi teladan dalam bersikap dan bertutur kata. Tidak hanya dalam nasihat merekamelalui ucapan, namun keramahan, kesabaran dan pelayanan yang maksimal mereka terwujud selama dalam proses pembinaan kami. Itu juga yang menjadi motivasi peserta diklat untuk meniru akhlak dan etika mereka. Dan jika ada istilah kebaikan itu menyebar. Itu benar adanya. Jadi di sini tidak hanya proses transformasi pengetahuan saja yang terjadi namun melibatkan transformasi nilai berupa penanaman budi pekerti yang baik diberikan oleh manajemen dan para instruktur di RGI kepada peserta diklat.