Category Archives: Uncategorized

Lembaran Baru

Ini tentang rasa. Rasa tidak nyama yang membuat tidak berdaya. Rapuh dalam lorong sunyi. Berpura-pura kuat di tengah keramaian. Mengenal dirimu rasanya aku seperti mengingat seseorang yang sangat dekat ku kenal. Riang dan bahagianya seringkali terpancar dari raut wajahnya. Menyebar di antara interaksi sejenak. Meski dibalik itu aku tidak tahu berapa banyak jumlah luka yang tertancap di sana. Aku juga tidak tahu persis seberapa keras dirimu berusaha untuk pulih, untuk kembali seperti sedia kala, tentu dengan kondisi jiwa yang lebih baik dari sebelumnya.

Kamu pernah kecewa dan tersudut dalam ruang yang tidak bernama. Entah apa namanya. Seperti sakit tapi tidak berdarah. Hidup bergerak dengan hati dan pikiran kosong. Mimpi-mimpi, cita-cita, target hidup sedemikian hancur porak-poranda berkeping-keping. Ingin berteriak menyerah tapi suara itu hanya bergema dan tidak ada jawaban apa-apa. Sedikit lega dengan nafas yang terengah-engah selepas teriakan demi teriakan.

Barangkali ini kehidupan. Yang ujian-ujiannya menemukan dirimu yang sebenarnya. dirimu yang berusaha tegar di tengah badai kencang yang menerpa. Dirimu yang selalu mencari celah untuk berjuang. Dirimu yang tidak pernah berhenti mencoba. Dirimu yang tidak henti-hentinya mencari jawaban dan hikmah dari kejadian pahit yang dialami. Sampai jawaban itu datang dan pemahaman baru itu tiba. Bahwa ujian adalah cara Allah mengasihi dirimu untuk selalu dekat dan tidak menjauh dari-Nya. Dia yang lebih tahu kelemahan dan kekuatan dalam dirimu dibandind dirimu sendiri. Karena Dia yang menciptakan kamu dari ketiadaan di dunia ini.

Selamat berjuang dan memulai perjalanan..

Catatan Perjalanan di Rumah Gemilang Indonesia

Fase : Sebelum di Rumah Gemilang Indonesia

Saya mendengar kabar bahwa Rumah Gemilang Indonesia sedang membuka pendaftaran angkatan 5 itu pada saat saya sedang mengikuti program masa bakti di yayasan Marhamah Robbani, sebuah yayasan sosial di Bekasi. Program masa bakti adalah program yang wajib diikuti setiap santri yang sudah menyelesaikan pendidikan SMA sederajat. Progam ini diisi dengan program pengembangan dan pengayaan diri. bagi yang memiliki kesukaan pada pendidikan, maka yayasan memberi kesempatan untuk mengajar siswa-siswi paket A Sekola Dasar yang dikelola oleh Yayasan. Ada juga program kursus mengemudi untuk menambah keterampilan santri. Dan ada beberapa program seminar kewirausahaan yang diselenggarakan oleh Yayasan untuk membekali santri agar siap di dunia kerja.

Saya anak ke-3 dari enam bersaudara. Saya masuk panti asuhan pada usia 10 tahun (kelas empat sekolah dasar). Orang tua saya memasukkan saya ke panti asuhan dikarenakan saat itu ekonomi keluarga belum mampu membiayai sekolah saya. Bermula dari keterpaksaan, akhirnya seiring berjalannya waktu saya menerima dan mengerti mungkin keputusan orang tua memasukkan saya ke panti asuhan adalah keputusan terbaik. Bukan hal mudah awalnya berpindah dari hidup bersama orang tua lalu beralih hidup di panti di mana di sini semua terjadwal mulai dari bangun pagi hingga jadwal tidur. Tapi mungkin di sini hikmahnya saya bisa bertemu dengan  teman-teman baru yang memiliki tekad dan kemauan tinggi untuk belajar sungguh-sungguh.

Di panti ini, kami di sekolahkan di luar dengan sumber dana dari donatur masyarakat sekitar. Di sana ada dua program, program yayasan seperti shalat lima waktu, jadwal kajian (fiqih, sirah, bahasa arab, tauhid, tajwid) setiap bada shubuh, bada ashar dan bada maghrib. Dan program sekolah, kami mengikuti jadwal sekolah dan bada isya jadwal belajar pelajaran sekolah (mengerjakan PR dan lain-lain).

Memasuki tahun kedua di bangku Madrasah Tsanawiyah, saya mendapat amanah terpilih menjadi ketua organisasi siswa intra sekolah (OSIS). Ini kali pertama saya mengenal dunia organisasi di mana setiap unit divisi memiliki program kerja dan pimpinan organisasi diharapkan menjadi nakhoda yang membawa roda organisasi terus melaju ke depan. Buat saya di organisasi ini, leadership saya terlatih, mulai dari sering dimintai memberi sambutan panitia, menjadi pemimpin upacara, memimpin rapat dan mengelola suatu kegiatan dengan time table yang sudah di susun bersama tim. Kabar baiknya di sini sejujurnya saya belajar memberi teladan karena saat itu orang yang menduduki pimpinan di organisasi siswa intra sekolah dipandang oleh lingkungan dalam sekolah sebuah jabatan yang prestisius.  Dan perlahan melalui organisasi ini saya membangun kepercayaan diri saya saat di mana ada jadwal ada pertemuan dengan kepala sekolah dan dewan guru untuk diskusi berkaitan agenda kegiatan OSIS di sekolah. Alhamdulillah amanah ini membukan pintu silaturahmi dengan pihak-pihak di lingkungan sekolah. Ada kepuasan tersendiri di saat satu agenda sukses terlaksana dan manfaatnya bisa dirasakan oleh orang banyak. Dan kebanggaan bersama anggota tim saat tiba di hari laporan pertanggungjawaban (LPJ) osis disampaikan dihadapan peserta dan tamu undangan dalam kegiatan Musyawarah Perwakilan Kelas (MPK). Artinya satu amanah berhasil tergenapi dengan baik dan menanti amanah baru yang lain.

Ada satu momen saat apel pagi (sebuah rutinitas sebelum berangkat sekolah), Kak Faqih, seorang pembimbing memberi nasihat saat kami bersalaman dengannya satu per satu, Ia bilang, “belajar yang tekun ya kalian, jangan sia-siakan uang umat yang sudah mereka sisihkan untuk membiayai kalian sekolah.” Hati ini terenyuh mendengarnya. Lalu saya merenung dalam memikirkan kembali kata-kata Kak Faqih. Sampai akhirnya saya mengerti, di luar sana mungkin masih banyak anak-anak yang ingin sekolah seperti saya. Tetapi mereka belum memiliki kesempatan itu. Tapi di sini, di panti ini saya mendapat kesempatan melanjutkan sekolah, sebuah privilege yang belum dinikmati semua orang. Saya bersyukur mendapatkan kesempatan ini. dan sejak saat itu saya berjanji untuk belajar dengan penuh rasa tanggung jawab.

Qadarallah prestasiku membaik sejak kelas sembilan madrasah tsanawiyah. Dan semakin bertambah baik sejak duduk di bangku kelas sepuluh hingga kelas dua belas madrasah aliyah saya selalu menduduki tiga besar di kelas. Ikhtiar belajar yang membuahkan hasil manis. Saya semakin percaya mantra Man Jadda wa Jadda.

Fase : Saat Diklat di Rumah Gemilang Indonesia

Kabar seleksi diklat Rumah Gemilang Indonesia itu saya dengar dari guru matematika di panti. Saat itu sudah memasuki bulan penghujung masa bakti. Akhirnya saya dan dua teman saya memutuskan untuk mengikuti rangkaian seleksi RGI di Sawangan Depok. Motivasi saya saat itu ingin menambah skill dan nanti mendapat nilai tambah saat mengajukan lamaran kerja. Alhamdulillah kami bertiga lulus dan diterima sebagai peserta diklat rgi angkatan 5. Saya diterima di kelas Teknik Komputer dan Jaringan dan dua teman saya, masing-masing kelas Disain Grafis dan Menjahit dan Tata Busana.

Di sana saya memulai membangun rutinitas baru masuk kelas jam 8 pagi dan selesai jam 4 sore. Setiap hari senin-jumat. Dan mengikuti mabit satu bulan sekali. mabit menjadi gerbang silaturahmi seluruh peserta dan mempererat tali persaudaraan. Dan buat saya mabit menjadi refleksi sekaligus renungan evaluasi pencapaian belajar, monitor perkembangan diri dan menjadi pengisi bahan bakar (recharge) saat energi belajar mulai surut. Salah satu mabit yang paling berkesan bagi saya adalah mabit pertama di mana narasumber adalah Bapak Sigit Iko Sugondo, Direktur Rumah Gemilang Indonesia kala itu. Saya masih ingat sekali tema materi yang disampaikan beliau tentang Membuat Proposal Hidup. salah satu kutipan dari beliau, kita perlu membuat proposal hidup jangka pendek dan jangka panjang agar setiap kita tahu apa yang ingin dicapai dalam hidup ini.  Melalui proposal itu menjadi arah sekaligus pengingat bahwa pastikan setiap energi yang dikeluarkan mampu mendekatkan dirimu pada tujuan hidupmu. Dan luangkan waktu sejenak selepas shalat lima waktu untuk mendoakan setiap uraian proposal agar dimudahkan segala bentuk ikhtiarnya.

Selain mengikuti kelas, saya mendapat amanah oleh Manager RGI, Bapak Agus Nafi’ untuk mengelola asrama supaya tertib dan kebutuhan sehari-hari tercukupi. Kami yang tinggal di asrama mendapat akomodasi belanja harian. Hal pertama saya lakukan setelah mendapat amanah itu adalah mengadakan rapat kecil dengan teman-teman satu asrama dan membuat peraturan yang disepakati bersama hal-hal tidak boleh dilakukan selama di lingkungan asrama seperti batas jam yang diijinkan masuk asrama, prosedur ijin pulang saat libur akhir pekan, pembagian tugas piket masak (peralatan masak, piring dan beras sudah disediakan oleh RGI), larangan merokok di lingkungan asrama. Tujuan peraturan ini untuk mendukung proses belajar yang nyaman dan lingkungan suportif mendukung kerja sama sesama anggota asrama.

Memasuki bulan keempat, saya dan dua teman di kelas TKJ mendapat rekomendasi untuk magang (intership) selama dua-tiga pekan di PT Anabatic Technologies di Jakarta sebagai tim Technical Support IT Department. Selama proses intership, kami di dampingi oleh dua orang mentor yaitu Bapak Gordon dan Bapak Sri. Kami dibimbing hal-hal teknis seperti menangani troubleshoot wireless, instalasi windows di laptop, gangguan server email dan diberi kesempatan untuk visit ke ruang server.

Kesempatan intership ini menjadi pengalaman berharga untuk saya mengenal dan memahami dunia kerja sebenarnya. dan secara tidak langsung membentuk pola kebiasaan kerja, mulai dari waktu bangun tidur, berangkat ke kantor, meluangkan waktu untuk sarapan secukupnya dan menentukan waktu istirahat di malam harinya. Pola seperti ini mempertegas dari rutinitas di mana sebelumnya masuk kelas di pagi hari dan pulang di sore harinya, namun dalam internship ini ditambah alokasi waktu perjalanan berangkat dan pulang dari kantor sehingga secara langsung energi yang dikeluarkan semakin banyak. Dan yang mengejutkan selama magang saya jadi tahu kondisi ibukota di mana pada jam sibuk selalu identik dengan istilah traffic jam. Tiga hari pertama magang, lelah luar biasa bercampur pusing karena di luar perkiraan. Berangkat magang hari masih pagi dan matahari belum sepenuhnya terlihat dan kembali tiba di asrama hari sudah gelap.

Pelajaran berharga yang saya dapatkan di Rumah Gemilang Indonesia adalah manajemen dan tim instruktur memberi teladan dalam bersikap dan bertutur kata. Tidak hanya dalam nasihat merekamelalui ucapan, namun  keramahan, kesabaran dan pelayanan yang maksimal mereka terwujud selama dalam proses pembinaan kami. Itu juga yang menjadi motivasi peserta diklat untuk meniru akhlak dan etika mereka. Dan jika ada istilah kebaikan itu menyebar. Itu benar adanya. Jadi di sini tidak hanya proses transformasi pengetahuan saja yang terjadi namun melibatkan transformasi nilai berupa penanaman budi pekerti yang baik diberikan oleh manajemen dan para instruktur di RGI kepada peserta diklat.

Memulai dari Titik Nol

Kompetensi terbesar ada pada diri sendiri. Itu satu kalimat yang mengusik ketenanganmu. Iya benar, pada akhirnya dirimu sendiri yang menjalani hidup. Kamu ada di dunia untuk mewujudkan goals-mu. Bukan goals orang lain. Bahagia itu akan datang saat kamu mengusahakan setiap proses yang semakin mendekati tujuan hidupmu. Mudah sekali menampilkan kesenangan di permukaan. Namun hati itu bisa merasakan mana kebahagian yang terpancari dari kejujuran hati. Jujur pada diri sendiri. Sudah dewasa, berfikir matang, jadi pribadi tangguh, berani mengambil keputusan dengan segala risiko yang ada sesudahnya. Hadapi kenyataan dengan percaya diri. Masa muda hanya sekali. Jangan ikuti kata orang, tapi ikuti suara hatimu. Setiap manusia memiliki ujiannya masing-masing, namun kabar baiknya selepas ujian yang dilalui memiliki pelajaran berharga dimana kamu dapat bertumbuh lebih baik dari sebelumnya.

Percayalah, setiap proses upaya adalah bagian yang bernilai. Cukup dirimu dan Allah yang tahu betapa berat perjuangan untuk menggenapkan mimpi. Tubuh dan jiwamu menjadi saksi atas aksi yang kamu lakukan. Sandarkan motivasi dari sumber pemilik kekuatan yaitu Allah. Datang kepada Dia, minta petunjuk dan keteguhan hati atas setiap pilihan hidup. Bila perlu menangis, menangislah sampaikan dan ceritakan keluh kesah, suka duka dan sesak yang kamu rasakan.

Titik persimpangan menjadi momentum refleksi diri mana perjalanan selanjutnya yang kamu ingin tuju. Tidak memutuskan juga bagian dari keputusan. Memilih diam dan menganggap suara hati sebagai sesuatu yang datang lalu membiarkan ia pergi, lalu pasrah mimpi-mimpi itu mengendap hanya sampai pada pikiran dan sebatas keinginan yang terucap melalui kata-kata. Apalagi yang kamu tunggu? Lihatlah hatimu saat ini yang memendam luka yang serpihan-serpihannya mampu meremukkan semangat dan harapanmu untuk berkembang lagi dan lagi. Sampai kapan kamu tega pada dirimu sendiri, pasrah pada keadaan yang mencabik-cabik optimisme dalam dirimu pada hari ini dan masa depanmu?

Kamu ingat hari pertama di kelas matrikulasi program Pasca tahun lalu tentang materi oppurtunity cost. Biaya kesempatan. Iya, itu tentang satu kesempatan yang kamu ambil menggugurkan kesempatan yang lain yang mungkin saja dari sisi materi lebih banyak. Tapi kan hidupkan tidak selalu tentang materi. Hidup tidak sekedar memberi check list daftar pencapaian. Pengalaman adalah sesuatu yang tidak bisa diukur dengan apapun di dunia ini. Karena pengalaman selalu berdampingan dengan waktu dan kesempatan yang tidak mungkin terulang kembali. Waktu adalah satu-satunya modal hidup yang dimiliki manusia untuk mengumpulkan kebaikan, mengasah empati, mengembangkan kompetensi.

Obstacle tidak datang dari orang lain saja, tetapi obstacle bisa datang dari diri sendiri dan orang-orang terdekat di sekelilingmu. Namun your calling selalu memancarkan suaranya selama kamu peka mendengarkan, menghargai suara itu sebagai bentuk panggilan jiwa yang menggerakkan aksi-aksi berikutnya. Suara itu seperti nyala api kayu bakar yang apabila kamu tidak peduli menjaga nyala api untuk tetap menyala, maka dengan sendirinya suara itu akan tenggelam dan terlupakan oleh rutinitas kesibukanmu. Pada akhirnya, orang yang paling kejam sama dirimu adalah dirimu sendiri, iya’kan?

Lagi, tidak perlu terlalu khawatir tentang rezeki. Karena setiap makhluk diatas muka bumi ini sudah ada rezekinya masing-masing yang tidak pernah tertukar. Percayalah, pekerjaan itu akan selalu kompetensi dan attitude yang kamu miliki. Miliki niat baik dan hati yang bersih setiap memulai ikhtiar. Allah menilai dari setiap proses yang kamu lakukan, tidak peduli sekecil apapun proses itu. Karena kebaikan akan selalu bernilai kebaikan.

Ayo, tanya lagi pada dirimu, apa yang ingin kamu raih dalam hidup? Ajak jiwamu dialog lebih dalam untuk menemukan goals sebenarnya yang kamu inginkan. Abaikan sejenak stigma dan label yang beredar di masyarakat. Apapun keputusan yang kamu ambil akan selalu berdampingan dengan risiko. Maka hadapi, jalani, pelihara sabar, jaga rasa syukur agar selalu menemani perjalananmu kemana pun kamu berada.

Aku disini.. bersamamu,, kapanpun kamu butuhkan, ceritakanlah..

Tidak apa-apa bila memulai dari nol kembali. Sama seperti pada saat kamu terlahir, kamu tidak membawa apa-apa dan belum memiliki apa-apa. Take it easy. Don’t too much worry. Sedih tentu melepas sesuatu yang pernah melekat. Tapi hidup adalah halte persinggahan sementara iya,’kan? Tetapi yakinlah, kamu tidak benar-benar memulai dari nol kok. Kamu yang sekarang adalah kamu yang berbeda dari dirimu sepulun tahun yang lalu iya,’kan? Kamu yang memiliki pengalaman bekerja dalam organisasi hampir sepuluh tahun adalah pencapaian yang tidak bisa ditukar dengan angka-angka. Di luar sana pengalaman baru sudah menanti. Sudah saatnya menjemput janji-janji kehidupan yang baru.

Saat tubuh sedang kurang sehat.. namun hari ini terlalu berharga untuk dilewatkan begitu saja

Jakarta, 14 November 2020

Gelas Setengah Kosong

Menjalani hari tanpa target seperti racun yang menyebar sekujur tubuh. Melemahkan semangat dan membakar optimisme. Membandingkan dengan kehidupan orang lain yang terlihat di permukaan yang menayangkan kebahagiaan, keceriaan dan penuh kesenangan. Sulit menjadi pribadi yang berkembang bila tidak memiliki tujuan mau dibawa kemana hidup ini. Terombang-ambing dalam kebingungan bukan menjadi alasan untuk menunda, menunggu dan tidak berbuat apa-apa dalam hidup. Alasan-alasan yang membuat malas, cemas berlebihan, tak memiliki semangat semestinya perlahan diruntuhkan secara bertahap. Singkirkan rasa kurang percaya diri karena itu disaster bagi dirimu sendiri. Sisingkan lengan kemeja untuk bergerak mendobrak pagar-pagar yang membelenggu diri.

Modal sosial menjadi modal penting untuk meniti karier dan menggapai prestasi-prestasi kecil menjadi rekam jejak kehidupan. Kenali diri, identifikasi kelebihan dan kelemahan, lalu buat rencana aksi untuk mengembangkan diri. Jangan hidup biasa-biasa saja tanpa ada semangat untuk mengembangkan diri baik hardskills maupun softskills. Uang bisa dicari dengan bekerja, tapi waktu tidak bisa dipinjam. Bangun kebiasaan dengan membuat to-do list sedini mungkin untuk membentuk karakter. Kejujuran adalah modal yang paling berharga dalam hidup.

Jadilah pribadi gelas setengah kosong di mana setiap hari haus akan ilmu pengetahuan, kembangkan jaringan / networking dari manapun, belajar menghormati orang lain, menjaga tutur kata agar tidak menyakiti orang lain, bangun good attitude. Jangan patah semangat karena lingkungan kurang mendukung. Temui dan berteman dengan orang-orang  yang memiliki goals yang sama dengan dirimu. Ada kok orang-orang yang ingin berteman dengan tulus. Kesepian memang tidak nyaman. Mendapat materi kebendaan memang menyenangkan. Namun hidup ini tidak melulu tentang berapa jumlah aset yang berhasil dikumpulkan. Hidup ini tentang bertumbuh dan menebar kebermanfaatan.

Temukan alasanmu bekerja, temukan alasanmu menuntun ilmu, temukan alasan untuk berbuat baik. Karena di sana terdapat mata air yang membuat energimu terus mengalir seiring berjalannya waktu. Luangkan sedikit waktu sebelum terlelap untuk mengkalkulasi, menghitung kebaikan-kebaikan yang sudah dilakukan hari ini dan menghitung kekeliruan dan kesalahan yang dilakukan. Evaluasi diri secara berkala, karena hanya dengan itu kamu bisa lebih menghargai waktu.

Grit, istilah yang digunakan psikolog mengenai persistensi yang konsisten, proses kerja keras dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan goals. Tidak peduli seberapa lelah dirimu, tidak peduli seberapa terkuras emosimu, tidak peduli berapa besar resource yang kamu keluarkan, tidak peduli orang-orang berkata apa tentang dirimu-, ada hal-hal yang tidak terlihat pada dirimu, namun sesuatu di lubuk hatimu yang terdalam tahu dan rasakan. Tumbuh. Mendewasa. Kamu berjuang dengan persisten pada hidup ‘dirimu saat ini’ untuk hidup ‘dirimu di masa depan’.

Langkah Pertama

Menjalani rutinitas hanya sebatas menggenapkan tugas lalu selesai begitu saja. Karier bukan bicara satu tahun, dua tahun, tiga tahun. Lebih dari itu karier adalah cara bertahan hidup dengan mengeluarkan seluruh energi yang dimiliki agar value diri bertambah. Bicara tentang karier selalu identik dengan jenjang pekerjaan yang sifatnya vertikal. Padahal bila mau ditelusuri lebih dalam karier selalu mengikuti career goals seseorang. Yang bisa memberi lebih dari rata-rata akan mendapatkan hasil yang lebih juga. Yang mau mengembangkan diri dengan mengasah keterampilan diri dan membangun networking meskipun dalam tahap pelaksanaannya mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, namun itulah bagian dari proses bertumbuh.

Tak perlu menuntut balasan yang setimpal dari apa yang sudah dikeluarkan dengan bentuk materi karena menjalani proses dalam masa pengembangan diri juga sudah menjadi hal yang sangat berharga. Bisa berkomitmen mengikuti pelatihan dari awal hingga akhir itu juga sudah menjadi prestasi tersendiri. Kebahagian itu tak melulu soal banyaknya harta. Memiliki kawan-kawan yang baik yang selalu mendukung untuk maju juga bagian dari kebahagiaan. Untuk berkembang, jangan hitung-hitungan, kan tujuannnya untuk menambah value diri.

Untuk maju butuh pengorbanan dari sisi biaya maupun komitmen. Bagian komitmen adalah bagian terpanjang yang mau tidak mau di dalamnya banyak sekali retensi dari dalam diri maupun faktor eksternal. Namun lagi-lagi komitmen juga perlu dijaga agar bisa berjalan stabil sesuai yang diharapkan. Semangat perlu disiram dan dipupuk setiap hari agar dapat tumbuh subur dan kuat berdiri kokoh saat angin hebat datang menerjang. Jalani secara sadar karena langkah-langkah kecil yang dilakukan adalah batu bata yang merekatkan harapan demi harapan, hingga bangunan itu berdiri.

Kegalauan, kerisauan, kecemasan tak perlu dikhawatirkan berlebihan. Namanya proses mendaki selalu ada beban berat yang perlu dibawa. Namanya menanjak ke atas selalu melelahkan. Buktikan bahwa dirimu bisa berkembang lebih baik dari waktu ke waktu meskipun dengan keterbatasan yang ada. Tidak ada waktu bermalas-malasan, menunda-nunda, membanding-bandingkan kehidupan orang lain. Dirimu cukup menjadi dirimu sendiri. Yang kala sedih, boleh menangis. Yang kala senang, boleh tertawa. Yang di kala kecewa, boleh down. Semua ada jalannya masing-masing.

Namun yakinlah, tidak ada istilah sia-sia dari sekecil apapun usaha. Tidak ada yang namanya tidak bernilai dari setiap lelah yang merambah sekujur tubuh. Di sanalah bentuk penghayatan manusia mensyukuri karunia dari Allah. Meresapi pemberian-Nya, mengaduh, bercerita hanya kepada-Nya. Setiap detik adalah pertarungan. Pertarungan dalam menahan ego diri. Pertarungan melawan hawa nafsu.

Pengalaman mengajarkan untuk tidak jatuh pada kesalahan yang sama pada waktu yang berbeda. Pengalaman juga mengajarkan untuk mudah patah menghadapi hidup yang tak selalu indah dan berbunga. Karena warna-warni kehidupan itu sendiri tersirat pelajaran yang berharga untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Yang mau bercermin, yang bergegas menata diri, yang tak mudah mengeluh tanpa tahu akar masalahnya, yang tak lari menghadapi kehidupan yang sebenarnya.

Pastikan setiap gerak selalu memberikan nilai. Nilai yang tak hanya bersemai di dunia namun juga di akhirat. Saat berada dalam kondisi jatuh, terpuruk, down, minta bantuan kepada-Nya untuk meringankan langkah berikutnya. Dalam kesulitan, dalam kepahitan, selalu ada ruang cahaya yang mampu menerangi. Setiap sesak yang membuat hati sempit, yang mampu membenamkan setiap mimpi, yang membuat keberanian luntur, tidak perlu berlama-lama meratapi dan menyimpan rapi kenangan yang mudah membangkitkan luka.

Jadikan sudut-sudut perih sebagai nutrisi agar hati semakin lentur dan kuat.

 

 

Suara Hati

Dalam pintu yang diketuk terdengar irama yang tak biasa. Pandangan yang tak biasa mengarah kepadaku. Aku tertegun beberapa saat. Imajinasiku melayang pada tahun-tahun di mana usiaku beranjak pada usia pertengahan antara tiga puluh dan empat puluh. Mimpi-mimpi yang ku rajut, harapan-harapan yang ku jahit satu demi satu. Bayangan masa lalu masih belum sepenuhnya pergi. Juga masa depan yang tak pernah menunggu. Bergegas, berdiam atau menunda. Menahan beban yang baru dengan nuansa pengalaman yang terasa ringan untuk diceritakan pada saat sudah terjadi, namun menjalani hari-hari penuh kegetiran dan kerumitan bukanlah hal yang mudah dilalui.

Hujan sore ini membawa keteduhan di hati. Sudah lama aku tidak menyaksikan hujan dalam perjalanan dengan mengendarai motor. Dalam kegundahan hati terselip asa, untuk maju seringkali tembok-tembok penghalang ditemui. Lari menghindar dari kenyataan bukan solusi. Berdiri menghadapi duri-duri yang bertaburan satu dua menyisakan perih tak tertahankan. Hati yang masih saja rentan oleh goresan duri. Memandang dunia ini dari sudut yang lain. Menatap dan menengok sudut hati yang masih hening dan sunyi. Menyapa dan berdialog lebih dalam menanyakan bagaimana kabarmu?

Menyelami hal-hal getir yang pernah hinggap dan masih belum sepenuhnya sembuh. Merasakan bunga-bunga harapan yang bermekaran. Menenangkan kerisauan hati. Jika selama ini kamu jarang sekali mengajak hatimu berbicara, maka luangkan sedikit waktu di penghujung hari. Di tengah keheningan malam bicara dari hati ke hati. Deretan kisah boleh jadi membuatmu termenung, hanyut pada suasana syahdu, dan merasakan kembali kepahitan yang dulu hinggap namun dengan perspektif yang berbeda dan tentu dengan hati yang sudah membaik.

Jangan lagi berlari. Mendekatlah, sini bicara padaku. Aku siap mendengarkanmu. Manusia terlahir dengan kelebihan dan kekurangan. Dalam setiap kesulitan, selalu ada kemudahan. Selama nafas-nafas masih berhembus, amanah kehidupan masih terjaga. Dalam gelapnya malam, berakhirnya senja menjadi momentum untuk menata hati, memaafkan diri dan memaafkan orang lain. Memberi apresiasi pada diri yang sudah bekerja sangat keras hingga pintu rezeki terbuka.

Esok mungkin tidak sama dengan hari ini. Boleh jadi dirimu bertemu dengan seseorang yang dengan peluh keringat di tengah hari namun ia menahan sekuat tenaga untuk tidak mengeluh dari rezeki yang Allah berikan. Boleh jadi ia sudah terlalu lelah untuk memelihara sedih dan kecewa, sehingga yang ia tahu adalah berusaha sekuat tenaga mencari karunia-Nya dengan jalan yang halal demi hidup menyambung hari, juga untuk mendekap syukur. Ada cermin di sana untukmu menata diri.

Di luar sana banyak hal-hal yang seru menanti. Hidup tidak hanya sebatas kubikel ruang kerjamu. Kejar pengalaman hebat bersama orang-orang yang memiliki semangat untuk bertumbuh. Yang rela berbagi karena ingin sahabatnya berkembang. Yang tulus menolong dan menguatkan di kala gundah dan ragu menghampiri. Yang siap mendengar ceritamu tanpa peduli waktu dan dengan segenap tenaga ia berusaha meyakinkan dirimu untuk teguh dan tidak mudah patah.

 

Jakarta, 26 Juni 2020

 

 

Alasan Untuk Bertumbuh

Sudah tiba di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Perjalanan hari membuat diri ini meresapi setiap detiknya. Belajar menerima keadaan. Juga memahami kondisi hati. Entah apa arti berjuang. Yang bisa dilakukan saat ini menggenapkan ikhtiar didasari niat yang tulus. Ada saja warna-warninya. Cerita yang terselip di dalamnya mungkin lebih rumit dan lebih kusut dari apa yang terlihat di permukaan. Juga apa yang dianggap orang lain belum tentu mewakili perasaan sebenarnya.

 

Entah apa arti sebenarnya dari kerja keras. Mendorong diri untuk bergerak menyempurnakan serpihan-serpihan harapan yang terserak lalu merekatkan kembali dengan apapun kondisi hati. Mau sedang lapang, sedang sempit bahkan dalam kondisi terhimpit, ruang untuk memahami diri selalu terbuka. Banyak pintu yang belum sempat ku ketuk,  namun bukan berarti aku berdiam diri. Bukan berarti aku berpangku tangan.

 

Tak semua kisah berjalan mulus. Dari setiap rasa yang datang dan pergi silih berganti, selalu tersisa arti yang mendalam. Mencernanya butuh waktu. Butuh tekad yang tebal untuk menerobos kabut tebal. Namun dari setiap gerak selalu memiliki kepuasan tersendiri. Ada alasan demi alasan yang membujuk diri ini untuk mengatur ritme langkah. Untuk menghela nafas. Untuk berhenti sejenak meluapkan kelelahan dari perjalanan panjang ini.

 

Yang belum tercapai masih banyak. Yang pergi menggoreskan luka juga ada. Setumpuk alasan untuk berhenti berlari masih terus mengejarku. Kadang aku merasa dibuat tertinggal olehnya. Namun ada juga aku berlari kencang meninggalkannya. Benar, setiap nafas adalah pertarungan. Yang memiliki hasil akhir menang atau kalah. Namun dibalik hasil banyak kisah yang perlu dibedah. Agar semua pertanyaan yang hinggap terjawab. Tidak semuanya terjawab, tidak apa-apa.

 

Mengerti semua memiliki batas. Tak semua hal bisa dijangkau. Mungkin itu yang terbaik untuk saat ini. Rasa ingin tahu yang terus mengiringi kemana pun diri ini pergi. Biarlah deretan penasaran menjadi tanda tanya. Agar esok jawaban itu dijemput dengan kelelahan. Dari terbit dan tenggelamnya harapan mengajari agar tidak cepat berpasrah melainkan berdiri lalu meneruskan langkah kaki.

 

Biarlah dingin pagi menjadi teman untuk menjemput setiap mimpi. Yang melahirkan asa yang membalut diri. Yang menjadikan hidup agar tetap dilanjutkan. Sekecil upaya tetap bernilai. Meski tak seorang pun yang memberi apresiasi, nilainya tak akan berkurang sedikitpun. Benar, aku juga manusia biasa. Yang ketika sedih bisa dengan mudah menangis bahkan setelahnya kaki ini melangkah patah-patah. Yang ketika kecewa bisa down sedalam-dalamnya. Rasa kesendirian itu mengalahkan kebenarianku. Namun aku masih hidup sampai saat ini. Masih bisa bernafas hingga detik ini. Tanpa mengabaikan semua rasa, aku tahu diri ini bisa bertahan sejauh ini dengan pertolongan dari-Nya.

 

Semoga ada hal-hal baik setelahnya.

Dan aku bisa meneruskan perjalanan berikutnya.

 

Jakarta, 15 Mei 2020

Anak Tangga Ujian

Mengimbangi keinginan yang banyak dengan energi yang tersisa merupakan suatu tantangan. Hidup ini menuntut untuk dinamis. Pergerakan waktu yang tak kenal kata menunggu membuat siapapun akan tertinggal bila tak mampu mengelolanya dengan baik. Mungkin terdengar klise. Namun sebagai perenungan yang tak berujung bila satu hari berlalu namun kebaikan tak bertambah justru yang terjadi keburukan semakin bertumpuk, apa makna dari hari tersebut?

Semua orang memiliki waktu yang sama namun tantangannya berbeda-beda. Fisik memiliki batas dalam bergerak. Hati memiliki emosi sangat rentan terbawa suasana di sekelilingnya. Dua-duanya memiliki kesamaan yaitu memiliki batasan dalam bekerja. Dua-duanya bisa merasakan jenuh, bosan dan tak bersemangat. Dua-duanya juga butuh asupan nutrisi untuk mengimbangi ruang geraknya. Bagaikan mesin yang terlalu over berproduksi, lama-kelamaan ia menjadi panas dan akhirnya rusak. Semua ada takarannya.

Mungkin saja di satu sisi hati begitu bersemangat menggapai titik a, b dan seterusnya. Semangat itu membentuk energi yang memancarkan optimis untuk bergerak dengan ringan dan leluasa. Fisik tubuh terdorong melakukan ini itu. Namun satu dua realita keinginan hati tak selalu berbanding lurus dengan kondisi fisik. Kondisi fisik akan memberikan sinyal bahwa energi yang tersisa selepas bekerja di hari yang mulai senja. Ia akan menolak bila diberi beban terlalu besar. Ia akan memberikan sinyal melalui perubahan fisik seperti kepala pusing, mata mulai mengantuk dan samar saat melihat, asam lambung naik, flu dan bentuk lainnya. Tubuh mengeluarkan reaksi itu sebagai sebuah isyarat bahwa ada hak tubuh yang harus dipenuhi.

Siang dan malam silih berganti. Usia semakin bertambah. Nikmat yang Allah berikan tanpa kita sadari juga bertambah seiring bertambahnya hari. Kesibukan dunia seringkali membuat kita tak peduli menghargai nikmat-nikmat itu. Padahal dibalik nikmat itu terdapat amanah-amanah kehidupan yang kelak akan dipertanggungjawabkan di hari kiamat kelak. Untuk apa masa mudamu dipergunakan? Bagaimana caramu menjemput rezeki dan untuk apa kamu belanjakan harta yang kamu miliki?

Hidup tanpa arah hanya berputar-putar pada rutinitas tanpa makna. Padahal setiap orang sudah memiliki jatah hidupnya. Materi kebendaan yang dikejar mulai matahari terbit hingga matahari terbenam seringkali membuat rasa syukur semakin samar untuk diresapi. Hari-hari berlalu, kematian yang semakin mendekat tak kunjung menghadirkan rasa taqwa yang semakin mengakar.

Angin yang berhembus membawa kesejukan di tengah musim kemarau yang sedang berlangsung, daun-daun yang berguguran, pohon-pohon yang mulai bertunas kembali selepas ia menggugurkan daun-daunnya bagian dari kebesaran-Nya yang begitu dekat dengan kita. Kita sudah terlalu sibuk memikirkan dunia dan segala macam materi kebendaan lainnya, sehingga untuk bermusahabah dan bercermin pada diri sendiri sudah tak memiliki ruangannya.

Tak ada kata akhir untuk menabur amal kebaikan selagi nafas masih berhembus. Tak ada kata terlambat untuk menebar kebaikan dan memupuknya dengan sebaik-baik niat dan sebaik-baik ikhtiar. Tak ada kata berhenti untuk belajar melalui proses ujian kehidupan. Karena proses ujian yang datang selalu disertai tantangan, kerumitan, segala hal yang seringkali hati cepat sekali menggerutu.

Tangga ujian yang harus kita tapaki dari bagian anak tangga paling dasar, tengah hingga anak tangga yang paling tinggi. Yang setiap fase ujiannya memiliki keunikannya masing-masing. Dan yang pasti semakin tinggi anak tangga yang dilalui, maka anginnya semakin kencang dan bisa jadi anginnya semakin besar dan ketika kamu tak memiliki pijakan dan pegangan yang kuat, kamu akan jatuh. Dan jatuh dari ketinggian tertentu, maka rasa sakit yang ditimbulkan semakin parah. Dan bila kamu tak memiliki cadangan kesabaran yang cukup, rasa sakit itu akan mengikis optimis dan rasa syukur yang sudah kamu tanam sejak anak tangga paling dasar. Dan itu artinya kamu perlu waktu lebih lama untuk menyembuhkan luka.

 

Jakarta, 23 September 2019

 

 

Hembusan Asa yang Mengiringi Langkah

Mengurai benang yang sudah terlalu kusut memang tidak mudah. Namun hal itu sebetulnya bisa ditangani. Masalah hadir satu paket dengan solusinya. Jalan mencari solusi itu adalah rangkaian pijakan-pijakan yang tak ringan dilalui. Sesekali memang menimbulkan perih tak tertahan. Kali waktu yang lain pijakan itu menyisakan beban nan berat sehingga langkah kaki tak kunjung mampu menjangkau lembar-lembar asa pada hari-hari yang lain.

Seringkali berakhir pada kata menyerah karena sudah tak sanggup lagi meneruskan satu episode yang sudah dimulai. Pilihan itu membuat termenung panjang, melamun dengan tatapan yang tak berisi hingga sulit sekali untuk tersenyum mengisi hari-hari. Seakan kebahagian itu telah terampas dari tempat yang seharusnya ia berada. Perlahan semangat semakin terkikis, motivasi memudar, harapan yang sekian lama terajut dalam mimpi lenyap seketika. Seperti arah yang terlapisi kabut tebal hingga aku bingung kemana harus melangkah.

Aku sadar tak semestinya membiarkan penyesalan, menolak realita dan menyerah terlalu lama hinggap pada hati dan tubuh ini. Karena semakin lama hal itu akan menyerap energi optimis dan menghisap semangat hidup hingga yang tersisa hanya pasrah. Waktu berputar. Kehidupan pun begitu juga. Tak selamanya kesedihan menghantui dan membayangi diri ini. Berlama-lama pada penyesalan tak akan  kunjung meringankan langkah. Penyesalan yang bertumpuk-tumpuk sekian hari hanya mengusik ketenangan di hati.

Belajar menerima realita. Selesaikan yang sudah dimulai. Berdamai pada masa lalu di mana masa lalu itu aku pernah gagal. Gagal yang menyisakan keperihan dan rasa malu. Hari-hari setelahnya diwarnai penyesalan dan marah pada diri sendiri. Membenci diri sendiri hanya menambah semakin rumit. Semakin rumit masalah, semakin banyak energi yang dibutuhkan untuk beranjak mengangsur solusi dari lapisan masalah yang sudah berlapis-lapis.

Tak cukup sekedar kata. Tak cukup sekedar keinginan. Kesungguhan yang tak bertepi semestinya mulai ditanamkan hari ini. Belajar menjadi orang yang peduli pada diri sendiri yang sedang mengejar masa depan yang lebih baik. Menerima kekalahan, menerima kegagalan sebagai saksi bahwa diri ini sedang berproses melewati tahapan demi tahapan. Ada kalanya gagal dan ada kalanya berhasil. Namun keduanya adalah bukti bahwa ada sesuatu yang sedang diikhtiarkan. Kemauan yang semu akan dengan mudah diruntuhkan oleh angin besar yang datang bertubi-tubi.

Mengakarkan niat, mengembalikan motivasi belajar hanya karena Allah. Karena keridhoan Allah adalah sebaik-baik motivasi. Saat jatuh, saat gagal, saat prestasi yang belum sesuai harapan, saat itulah saat terbaik cerita / curhat kepada Allah di malam-malam yang hening. Saat rasa malu karena prestasi yang rendah dibandingkan teman-teman di kelas, maka saat itu adalah saat terbaik menancapkan azzam dan kesungguhan semester berikutnya harus lebih maksimal belajarnya.

Bukankah kamu hendak mengejar mimpi kuliah PhD di Jepang dengan beasiswa? Bukankah kamu ingin menjadi dosen dan peneliti? Jika mimpi-mimpi itu masih tersimpan rapi, maka sampaikanlah pada diri dan hatimu, bahwa setiap lelah, setiap tetes keringat, setiap keluhan, saat terlelap dengan beban tugas yang semakin bertumpuk dan itu mengusik ketenanganmu, maka faidza azzamta fatawakkal ‘alallah. Mulailah berikhtiar menapaki prosesnya dengan hati yang ikhlas karena-Nya. Mulailah berdamai pada masa lalu agar tak terus membayangi hari-hari berikutnya. Mulailah merancang rencana harian untuk menata waktu yang baik.

Pada titik tertentu kamu boleh melepas ekpektasi diri dan ekpektasi orang lain tentang dirimu. Pada target yang belum tercapai. Pada penelitian yang progressnya masih berjalan lamban. Pada beban biaya kuliah yang menuntut untuk segera dilunasi.  Pada saat tubuh yang merintih lelah selepas bekerja lalu malam dan hari libur digunakan untuk berkuliah. Ajak dirimu berdialog dalam keheningan. Ajak ia rehat dan jeda untuk keluar dari rutinitas sejenak. Mengisi hari dengan aktivitas yang seru bersama teman-teman dan keluarga. Traveling ke suatu daerah bisa menjadi salah satu pilihan untuk melepas penat dan jenuh yang sudah sekian lama melekat.

Mencintai diri sendiri, merawat diri sendiri, mengasihi diri sendiri adalah cara terbaik agar asa dan kedewasaan tumbuh beriringan. Pada setiap fase kehidupan selalu tersirat pembelajaran. Untuk menjemput cita-cita dibutuhkan perjuangan yang tak cukup sehari semalam. Prosesnya bisa berbulan-bulan, bertahun-tahun bahkan proses belajar tak boleh berhenti hingga ajal menjemput. Uthlubul ‘ilma minal mahdi ilal lahdi.

Melangitkan doa di setiap kesempatan agar kebaikan terus-menerus mengelilingi kita. Agar kita selalu diingatkan pada tujuan hidup. Karena lika-liku hidup seringkali membuat bimbang melangkah hingga arah dan petunjuk kian samar dan perlahan memudar.

 

Jakarta, 22 September 2019

 

 

 

 

 

 

 

Lembaran Baru di Bulan Syawal

Sudah menuju pertengahan bulan Syawal. Menjadi bagian evaluasi diri apakah amal kebaikan pada saat di bulan Ramadhan masih membekas dan berkelanjutan. Ibadah shalat lima waktu, tilawah Al-Qur’an, sedekah dan tidak lupa puasa enam hari di bulan Syawal. Belum lama saya bertemu dengan seorang teman selepas Shalat Ashar lalu menanyakan kabar saya. Kami pun berbincang sebentar sebelum melangkah menuju ke ruang kerja.

“Bagaimana puasa Syawalnya? Sudah dimulai Im?”
“Belum nih,” Agak malu menjawabnya.
“Segeralah.. salah satu ungkapan orang shaleh terdahulu, min jadzail hasanah, al-hasanatu ba’daha. Balasan dari kebaikan adalah kebaikan sesudahnya. Pun sebaliknya min jadzais saiati, as-saitu ba’daha. Balasan dari keburukan adalah keburukan sesudahnya. Tanda amal ibadah Ramadhan kita diterima adalah dengan melanjutkan kebaikan yang sudah dilakukan sebelumnya.”
“Baik Akh.. Insya Allah segera dimulai. Syukron ya nasihatnya.” Saya mohon diri melanjukan bekerja.

Sebelumnya saya pernah mendengar kalimat serupa dari khatib pada khutbah Jumat dan sore ini dia mengingatkan kembali. Saya jadi berfikir, kadang pertemuan singkat menyimpan hikmah tersendiri yang tanpa di sadari pertemuan serupa bagian dari qadarallah. Selain keluarga, teman-teman terdekatlah yang ikut menjaga, mendampingi juga menguatkan saya untuk tetap menapaki jalan kebaikan.

Silaturahmi adalah bagian dalam bulan syawal yang spesial. Karena pada momen ini kita saling berkunjung ke rumah saudara, sanak saudara, paman dan bibi, saudara sepupu dan teman-teman dekat. Tidak sekedar berkunjung, namun saling memohon maaf dan memaafkan atas kekeliruan, kesalahan dan kekhilafan sebelas bulan sebelumnya. Memulai lembaran baru menuju sebelas bulan berikutnya. Selain itu momen lebaran menjadi momen untuk berkumpul dan bertemu dengan keluarga inti tercinta. Berbincang seru, saling mendengar cerita dari masing-masing anggota keluarga juga saudara,- menceritakan pengalaman perjalanan, pengalaman unik di tempat kerja, rencana-rencana jangka pendek seperti bekerja, studi dan menikah- hingga pertanyaan meluas tak tentu arah yang berujung tanpa terasa hari sudah sore. Memang betul ya, ngobrol, diskusi, perbincangan yang topiknya seru adalah cara terbaik merasakan waktu yang berjalan ternyata begitu singkat.

Pertanyaan tentang menikah menjadi pertanyaan yang mengandung tekanan bagi para single. Tetapi kembali ke pribadi orangnya. Buat saya pertanyaan sejenis itu ya dianggap sebagai hal yang selintas aja, tidak dibawa baper. Apalagi menjadi desperate. Nggak sampai segitu juga. Karena beberapa detik kemudian pertanyaan tersebut akan terlupa sendiri dan akan berganti menuju topik lain yang tidak kalah seru. Namun ada beberapa saudara dan teman-teman dekat bertanya dengan pertanyaan serupa dengan sopan sambil bersimpati, lalu saya jawab seadanya, mereka turut mendoakan semoga di segerakan untuk bertemu jodoh. Ungkapan doa seperti ini yang secara tidak langsung menaruh tempat tersendiri di hati. Karena diantara mereka mendoakan dengan tulus.

Bulan syawal ini semoga menjadi bulan peningkatan kebaikan. Memulai lembaran baru dari nol. Mengisinya dengan kebaikan yang membuat hati ini tenang. Menjaga hubungan baik kepada Allah dan kepada manusia. Berlomba-lomba dalam kebaikan dan memperbanyak istighfar tiap hari menjadi bagian yang terus diupayakan. Menjaga lisan, menjaga hati juga tidak kalah pentingnya. Maka pentinngya menabur kebiasaan baik untuk menjadi karakter yang melekat dalam diri.

Bogor, 16 Juni 2019