Monthly Archives: November 2015

Episode perjalanan di Rumah Gemilang Indonesia

Tahun 2011

Rumah Gemilang Indonesia. Itulah nama lembaga yang bergerak di bidang pendidikan dan pelatihan di kota Depok Jawa Barat (www.rumahgemilang.com). Setelah melewati tes (tertulis dan tes wawancara) dalam seleksi peserta diklat angkatan 5, alhamdulillah saya di terima sebagai peserta di lembaga ini.

Rumah Gemilang Indonesia

Masa Orientasi

Hari pertama seluruh peserta mengikuti acara orientasi. Semua datang dengan wajah yang penuh semangat karena telah dinyatakan lulus seleksi dan siap mengikuti kegiatan belajar ditempat ini. Kami semua duduk diatas karpet mendengarkan materi yang disampaikan oleh beberapa pemateri. Di RGI ini ada empat program, teknik komputer dan jaringan, desain grafis, menjahit dan tata busana, dan fotografi & videografi.  Setiap peserta memilih satu program. Saya memilih program teknik komputer dan jaringan (TKJ). Pada saat orientasi itu ada sesi acara perkenalan instruktur (guru pembimbing) masing-masing program. Seluruh tim Instruktut dari empat program studi memperkenalkan diri. Pak Hendra, Pak Syamsul Boin, dan Pak Fajar adalah instruktur pembimbing di program TKJ. Sebagaimana tema acara orientasi ini, agenda perkenalan antara masing-masing peserta dimanfaatkan sebaik mungkin. Acara ini ditutup dengan games yang dibawakan oleh mahasiswa-mahasiswa dari Universitas Indonesia. Games nya berupa bentuk kelompok terdiri dari 5-7 orang dan tiap kelompok diberi tugas untuk membuat rencana usaha apa yang akan kalian buat setelah kalian lulus dari RGI ini? Tiap kelompok terdiri dari dari peserta gabungan dari empat program. Di acara games inilah kita dikondisikan untuk mengenalkan diri, mengenal satu sama lain. Awalnya kaku, jaga image. Lama-lama mulai berani menyapa, berani memberikan ide, berani tampil menyampaikan presentasi hasil rencana usaha mewakili kelompok. Pokoknya the best deh acara ini bikin seru, bikin rame suasana sore ini. Diluar sana terlihat hujan sudah berhenti. Tetesan-tetesan sisa air hujan yang ada di pohon tanggung untuk meluncur ke tanah. Matahari diatas sana sudah hampir terbenam.

Menulis Kreatif

Mata pelajaran di program TKJ ada enam yaitu : Ms. Office, jaringan (networking), hardware dan software, perakitan komputer, design web, dan menulis kreatif. Jam belajar dimulai dari jam 08.00 s.d 16.00. Hari senin s.d jumat. Disini bermula saya mengenal dunia kepenulisan. Mata pelajaran menulis kreatif ini dibimbing oleh Pak Oleh Solihin (penulis buku-buku remaja). Mata pelajaran menulis kreatif menjadi mata pelajaran wajib untuk seluruh program studi di RGI. Awalnya kurang suka dengan mata pelajaran ini. Karena memang sangat jarang saya menulis dan gak tahu harus menulis apa. Tiap peserta diberi modul menulis. Hampir tiap pertemuan dalam belajar, kami ditugaskan untuk menulis. Saya coba menulis apa yang saya bisa. Pak Oleh memberikan nilai dari tiap tulisan dan memberikan saran untuk perbaikan tulisan selanjutnya. Dan yang paling menguras energi ketika ujian akhir mata pelajaran menulis dimana tiap peserta diberi tugas menulis biografi diri sendiri. Untuk menyelesaikan tugas ini, saya bertanya kepada Pak Amroni (guru bahasa Indonesia di SMP Al-Azhar Bekasi) cara menulis biografi. Pak Amroni bilang, “Rumus menulis itu ada tiga, menulis, menulis, dan menulis. Tulislah ide yang ada di kepala. Tulis semuanya. Jangan pernah menulis seperti editor yang dikit-dikit mencoret, mengkritisi, dan memperbaiki setiap kata demi kata. Setelah semua ide ditulis. Baru selanjutnya dibaca kembali, di edit kembali kata demi kata. Diperbaiki bagian kata yang kurang tepat.” Malam harinya saya mencoba mempraktekkan apa yang disampaikan pak Amroni. Walau tidak berjalan mulus (saat nulis masih suka coret-coret, ini kurang pas kata-katanya, kata ini gak cocok di paragraf ini ). Tapi Alhamdulillah, saya senang sekali karena saya berhasil menumpahkan semua ide yang ada dikepala melalui tulisan. Saya menulis dan terus menulis mulai dari masa kecil, masa remaja, hingga usia saya saat ini. Walaupun tidak bisa dipungkiri, menulis tentang diri sendiri selalu melibatkan orang-orang terdekat dalam diri kita. Melibatkan kisah bersama orang tua, cerita bersama teman-teman satu perjuangan di sebuah yayasan dengan tinggal bersama dalam jangka waktu yang lama. Meluapkan perasaan yang ada.  Rasa rindu, kasih sayang yang saya dapatkan dari orang-orang yang menyayangi saya luruh dalam kata-kata yang ku uraikan diatas lembar kertas.

Mabit Pertama dan Mabit Terakhir

Selain enam mata pelajaran tersebut, kami mengikuti program mabit tiap satu bulan sekali. Program mabit ini adalah program wajib yang harus diikuti oleh peserta diklat. Dimulai hari Jumat sore dan berakhir pada pagi hari. Bisa dibilang kegiatan mabit ini adalah kegiatan favorit di rgi ini. Kebersamaan dan kekompakan sesama peserta terasa sekali di acara ini. Mulai dari masak bersama. shalat maghrib dan Isya berjamaah. Dilanjutkan makan bersama di aula. Wadah nasi dan lauknya ditaruh diatas daun pisang memanjang. Kami duduk berkeliling. Dipandu oleh satu orang memimpin membaca doa. Semua makan dengan lahapnya di ruangan yang sama. Agenda selanjutnya materi motivasi. Materi mabit pertama ini disampaikan oleh Bapak Sigit Iko Sugondo (Direktur Rumah Gemilang Indonesia). Mabit ini jadi mabit pembuka sekaligus mabit sangat berkesan buatku. Pak Sigit memberikan dua lembar kertas A4 dan dua lembar amplop. Pak Sigit bilang, “Buat proposal kepada Allah. Satu lembar kertas dan satu lembar amplop untuk tulis rencana kalian jangka pendek, harapan yang ingin kalian capai selama enam bulan di belajar di tempat ini. Satu lembar kertas dan satu lembar amplop lainya, tulis rencana jangka panjang yang ingin diraih. Silahkan tulis dari hati kalian. Besok sebelum adzan shalat Shubuh proposal tersebut sudah dikumpulkan.”

Malam itu seluruh peserta diklat menulis tugas dari Pak Sigit. Saya sendiri menulis apa yang saya ingi diraih selama belajar di tempat ini. Satu harapan yang masih sangat saya ingat yaitu ingin menjadi siswa terbaik dalam program TKJ ini. Sebelum adzan shubuh tiba, seluruh amplop putih milik peserta telah dikumpulkan  di Pak Sigit. Selesai shalat Shubuh, beliau menjelaskan maksud dari tugas ini, “Kalian telah menuliskan rencana sekaligus harapan dalam jangka pendek dan jangka panjang. Proposal ini akan saya kembalikan di mabit bulan terakhir. Saat kalian menyelesaikan diklat di RGI ini. Saat itu saya berharap, apapun harapan peserta ingini dapat diraih. Kejar harapan itu. Belajar dengan sungguh-sungguh. Manfaatkanlah waktu sebaik mungkin. Di luar sana masih banyak orang-orang yang ingin mendapatkan pendidikan di RGI ini. tetapi mereka belum mendapatkan kesempatan itu. kalian disini adalah orang-orang yang terpilih untuk menempuh pendidikan di tempat ini.  Dan terakhir selalu berdoa kepada Allah untuk mempermudah mencapai proposal itu.”

Lima bulan berlalu. Terasa sangat cepat. Hari ini adalah mabit terakhir. Meskipun suasana tetap sama seperti mabit pertama. Tetapi semua peserta juga menyadari ini mabit terakhir, setelah ini tidak ada mabit lagi di RGI ini. Tidak bisa kumpul bersama untuk acara yang sama dengan sesama peserta. Semua mencoba riang seperti biasanya. Semua mencoba meluapkan kegembiraan dan keakraban dengan sesama peserta. Lima bulan bagi saya bukan waktu yang singkat. Disini Allah pertemukan saya dengan orang-orang yang baik, orang-orang yang berilmu namun memiliki rasa rendah hati yang tinggi, orang-orang yang tidak hanya mengajari ilmu pengetahuan, tetapi mereka bersikap dan berakhlak yang baik melalui ucapan dan tindakan dan orang-orang yang memiliki rasa kepedulian yang luar biasa. Kehangatan saat belajar di kelas bersama teman-teman, instruktur yang sabar mendampingi kami dalam berproses memahami ilmu membuatku merindui masa-masa itu. Nemang akhirnya kita berpisah secara fisik dan tempat. Tapi kita tidak pernah berpisah dengan kenangan. Kenangan disana akan selalu ada dan tetap selalu ada.

Jam 02.30 kami berkumpul mengikuti acara muhasabah yang dipandu oleh Pak Sigit. Semua lampu dimatikan. Semua peserta duduk membentuk persegi panjang. Tiap peserta di depannya diberikans atu buah lilin yang tidak menyala. “Saya meminta kepada seluruh peserta menyampaikan curahan hati di depan forum ini.  Saat ini didepan kalian ada satu buah lilin yang tidak menyala. Setiap orang yang sedang menyampaikan curahan hatinya, silahkan dinyalakan lilin di depannya dibantu oleh teman sebelahnya yang sudah selesai menyampaikan curahan hatinya.” Semua mendengarkan dengan seksama. Diam. Hening. Suara jangkrit terdengar jelas. cahaya lilin memancarkan kehangatan tersendiri. Cahayanya memantulkan bayangan di dinding tempat kami sedang duduk. Cahaya bulan diatas sana menembus pohon-pohon yang ada di halaman RGI ini. Beberapa teman meluapkan isi hatinya dengan suara serak, tertahan bercampur suara senggukan tangisnya hingga membuat teman yang mendengarnya juga ikut menangis. Perasaan rindu kepada orang tua yang sangat, perpisahan yang sudah diujung mata, menyesali mengapa belum bisa menghargai waktu dengan baik, semua itu membuat pagi ini begitu mengharukan.

Pak Sigit menutup acara muhasabah ini, “Selamat kalian semua telah menyelesaikan diklat ini dengan baik. Selamat menempuh perjalanan dan pengalaman baru di masyarakat. Saya mewakili manajemen Rumah Gemilang Indonesia sudah berusaha memberikan yang terbaik demi keberhasilan adik-adik semua. Semoga ilmu yang didapat bermanfaat. Kalian adalah ibarat lilin-lilin kecil. Lilin-lilin kecil yang memiliki cahaya. Dengan cahayanya itu kalian bisa menerangi diri kalian sendiri dan menerangi alam sekitarnya. Proposal yang kalian telah tulis lima bulan yang lalu, saya kembalikan,”

Lagu Chrisye – Lilin lilin kecil di akhir acara ini sempurna membuat mata kami berkaca-kaca menahan rasa haru bercampur sedih.

Oh…

Manakala mentari tua

Lelah berpijar

Oh….

Manakala bulan nan genit

Enggan tersenyum

Berkerut-kerut tiada berseri

Tersendat-sendat merayap dalam kegelapan

Hitam kini hitam nanti

Gelap kini akankah berganti

Engkau lilin-lilin kecil

Sanggupkah kau mengganti

Sanggupkah kau memberi’

Seberkas cahaya

Engkau lilin-lilin kecil

Sanggupkah kau berpijar

Sanggupkah kau menyengat

Seisi dunia

 

November 2011.  Wisuda peserta diklat rumah gemilang indonesia dimulai. Hal ini berarti proses pendidikan dan pelatihan selama kurang lebih enam bulan telah berakhir.

Foto Bersama dengan teman-teman TKJ setelah proses wisuda RGI angkatan 5

Foto Bersama dengan teman-teman TKJ setelah proses wisuda RGI angkatan 5

Selesai ditulis di Jakarta, 22 November 2015

Puncak Kenteng Songo Merbabu

Perjalanan terus berlanjut. Tujuan kami bermalam di pos 2. Walapun sebagian dari kami belum saling mengenal. Tapi rasa peduli dan mau menolong sesama sangat saya rasakan disini. Saling menunggu ketika ada peserta yang kelelahan, memberi minum bila ada yang kehausan, mengulurkan tangan menarik teman saat melewati tanjakan yang sangat curam menjadikan, dan berbagi beban yang ada di tas carrier dengan peserta yang beban tasnya tidak terlalu berat menjadi pengalaman yang berkesan selama proses pendakian ini. Menjelang senja kami sampai di pos 2. Lega rasanya. Pos 2 ini berupa tanah lapang yang datar yang cukup luas. Sore itu sudah ada beberapa tenda yang sudah berdiri. Tiba di pos 2, sebagian dari kami langsung istirahat dan berfoto-foto. Sebagian lagi mendirikan tenda  karena sebentar lagi malam akan tiba.  Tidak lama kemudian terpaan angin yang cukup kencang berkali-kali menerpa  kami. Saya segera mamakai jaket tebal dan sarung tangan. Demikian juga dengan para pendaki lainnya.  Pemandangan sunset kami nikmati bersama di pos 2 ini. Indah dan mengagumkan siapapun yang memandangnya. Cahayanya merah terang dan keemasan.Tanda sang mentari terbenam dan rembulan segera datang. Saya dan beberapa pendaki mengabadikan momen sunset dengan Camera dan gadget yang dimiliki.

IMG_20150920_113707

Pemandangan Tenda-Tenda di Pos 2

IMG_20150920_073714

gunung Sumbing dan gunung Sindoro terlihat dari Pos 2 di pagi hari

 

 

19 September 2015. Menjelang siang ada pembagian kelompok mendaki : mendaki siang hari ini dan mendaki dini hari (jam 02.00). Saya dan beberapa pendaki yang berjumlah 10 orang memilih mendaki siang hari. Pendakian menuju puncak gunung Merbabu dimulai. Perjalanan kali ini lebih ringan dari sebelumnya. Karena kami tidak pelu membawa tas carriel yang berat itu. Kami cukup membawa daypack (tas ukuran sedang) untuk membawa air minum dan makanan ringan saja.  Jaket tebal tetap kami bawa. Juga headlamp juga dibawa. Karena diperkirakan saat turun dari puncak Kenteng Songo hari sudah malam. Di tengah perjalanan kami berhenti berdiskusi mengenai tujuan puncak yang akan kita tuju. Di gunung Merbabu ada tiga puncak : puncak Watu Tulis (dikenal puncak Pemancar), puncak Kenteng Songo, dan puncak Syarif. Akhirnya kami sepakat memilih mendaki ke puncak Kenteng Songo. Tiba di puncak Kenteng Songo disambuat desauan angin. Dari atas ini, puncak gunung Merapi terlihat jelas dan dekat. Kami mengabadikan momen ini dengan foto bersama. Perjalanan yang panjang penuh cerita di dalamnya dan penuh keakrabaan.

IMG_20150919_165710

Foto Pemandangan Awan dari puncak Kenteng Songo menjelang sunset

IMG_20150919_165653

Menjelang sunset gunung Merapi terlihat sangat dekat dari puncak Kenteng Songo Merbabu

Jakarta, 22 November 2015